Haedar: Umat Islam Secara Ekonomi Tertinggal, Politik Belum Jadi Kekuatan

11 Juli 2024 15:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum PP Muhamadiyah Haedar Nasir saat dijumpai di Kantor PP Muhamadiyah, Menteng, Jakpus, Kamis (11/7). Foto: Thomas Bosco/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum PP Muhamadiyah Haedar Nasir saat dijumpai di Kantor PP Muhamadiyah, Menteng, Jakpus, Kamis (11/7). Foto: Thomas Bosco/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir, menyampaikan pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) demi kemajuan negara. Tanpanya, perekonomian bahkan politik sulit untuk mengalami kemajuan.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikannya usai menerima kunjungan Grand Syekh Al Azhar Ahmad Tayyeb di kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakpus, Kamis (11/7).
"Di bidang pendidikan tapi kita masih tertinggal, satu di bidang ekonomi. Umat Islam jujur masih tertinggal dalam ekonomi dan ini berdampak pada dua hal. Karena ekonomi kita tertinggal, maka secara politik kita juga belum menjadi kekuatan yang signifikan dalam konstelasi bangsa dan negara untuk memajukan Indonesia," ujar Haedar kepada wartawan.
Dia menilai untuk menjadi bangsa yang maju perlu menguasai ilmu pengetahuan sehingga penting menurutnya ke depan untuk berfokus ke sana.
Grand Syekh Al Azhar mendatangi Kantor PP Muhamadiyah. Foto: Thomas Bosco/kumparan
"Padahal kemajuan bangsa-bangsa besar itu kan ada di IPTEK. Maka ke depan itu penguasaan IPTEK dan juga bagi dunia pendidikan itu mengembangkan saintek itu menjadi keniscayaan," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu terkait kunjungan Imam Besar Al-Azhar Kairo, Haedar mengaku bangga bisa menyambutnya di Kantor Muhammadiyah
"Kami menerima di gedung PP Muhammadiyah ini secara spesial memang begitu rupa karena kami ingin beliau hadir di gedung kami sendiri tidak di tempat lain untuk menunjukkan bahwa Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang menghargai apa yang kita miliki," terang Haedar.
Haedar mengaku tak ingin menggunakan fasilitas hotel untuk menerima kunjungan Syekh Ahmad. Meski sebenarnya, organisasi pimpinannya ini memiliki fasilitas hotel sendiri.
"Biarpun kami punya hotel di Jogja, punya hotel di Malang, dan seterusnya, kami menerima di gedung ini untuk juga bahwa hubungan antara kami dengan Al-Azhar itu juga hubungan yang berkeluargaan, mengeluarga, tidak terlalu formalistik," tambahnya.
ADVERTISEMENT