Haiti Terancam 'Bom Waktu' Wabah Kolera yang Bisa Segera Meledak

6 Oktober 2022 11:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orang-orang berkumpul di luar stasiun air untuk menerima air di tengah krisis air yang melanda di Port-au-Prince, Haiti, Sabtu (17/9/2022). Foto: Jess DiPierro Obert/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Orang-orang berkumpul di luar stasiun air untuk menerima air di tengah krisis air yang melanda di Port-au-Prince, Haiti, Sabtu (17/9/2022). Foto: Jess DiPierro Obert/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Haiti mengkonfirmasi kematian tujuh orang warganya akibat penyakit kolera. Insiden terjadi di tengah blokade geng kriminal yang memicu krisis bahan bakar dan air bersih pada Minggu (2/10).
ADVERTISEMENT
Perwakilan Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-bangsa (UNICEF) Bruno Maes menilai lonjakan kekerasan dan ketidakamanan membuat Haiti layaknya seperti bom waktu kolera yang bisa meledak kapan pun.
Ucapan Maes disertai fakta miris seputar penyebaran kolera di Haiti. Sejak awal Oktober 2022 1,2 juta anak di ibu kota Haiti Port-Au-Prince terancam terinfeksi kolera.
Seorang wanita yang terluka tertidur di flatbed kendaraan di luar rumah sakit setelah gempa berkekuatan 7,2, di Les Cayes, Haiti, Senin (16/8). Foto: Ricardo Arduengo/REUTERS
“Banyak keluarga Haiti yang hidup di bawah garis kemiskinan, mereka tidak punya pilihan selain minum dan menggunakan air yang kotor. Sampah menumpuk di jalanan dan rumah sakit ditutup atau tidak beroperasi,” kata Maes dikutip oleh Al Jazeera pada Rabu (5/10).
“Semua masalah tersebut telah mengubah Haiti menjadi bom waktu untuk kolera dan sekarang sudah mulai meledak,” tambahnya.
Kementerian Kesehatan dan Kependudukan Haiti telah mengkonfirmasi lima kasus kolera per 1-4 Oktober. Termasuk satu kematian di fasilitas kesehatan. Temuan infeksi kolera ini merupakan yang pertama kali dalam tiga tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, otoritas setempat tengah menyelidiki tujuh kematian di sekitar Port-Au-Prince. Penyelidikan ini termasuk ke wilayah yang sangat rentan terinfeksi seperti wilayah dengan kekerasannya meluas dan minim akses terhadap air minum serta layanan kesehatan lainnya.
“Akses ke perawatan dasar dan esensial kurang – sangat kurang – di sebagian besar wilayah Port-au-Prince sekarang,” tutur Maes.
Sebelumnya, Haiti pernah terjangkiti wabah Korela pada 2010. Ketika itu Haiti melaporkan lebih dari 10.000 kematian dan 820.000 total infeksi.
Wabah tersebut berawal dari kebocoran limbah dari pangkalan militer penjaga keamanan PBB. Hal ini telah menyebabkan sikap skeptis warga Haiti terhadap badan internasional di negara tersebut.
Lonjakan kekerasan oleh geng kriminal di Haiti telah memblokade pelabuhan utama bahan bakar di negara itu dalam sebulan terakhir. Blokade dilakukan menyusul keputusan Pemerintah Haiti untuk menaikkan harga bahan bakar. Sebagai akibat, banyak rumah sakit terpaksa tutup atau mengurangi tindakan operasi karena kurangnya bahan bakar yang digunakan untuk menghidupkan genset.
ADVERTISEMENT
Untuk menghadapi wabah ini, beberapa organisasi internasional turut mengulurkan tangan. WHO memberikan komitmen mereka untuk membantu penanganan wabah seperti tenda untuk mendirikan pusat perawatan. Juru bicara WHO Christian Lindmeier mengatakan bahwa organisasi itu juga mengajukan permintaan vaksin kolera untuk Haiti.
Sedangkan UNICEF juga mengatakan akan mendukung pemerintah dengan pasokan kesehatan, termasuk 755.000 tablet pemurnian air dan 28.230 sabun batangan.
“Dalam mengklorinasi air di Port-Au-Prince, mendisinfeksi rumah tangga yang terkena dampak, dan memasok pusat kesehatan di daerah yang terkena dampak”. Kata Maes.
Kolera sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh air minum atau makan makanan yang terkontaminasi bakteri kolera. Penyakit ini dapat memicu diare parah serta muntah, haus dan gejala lainnya. Kolera dapat menyebar dengan cepat di daerah tanpa pengolahan limbah yang memadai dan air minum yang bersih.
ADVERTISEMENT
Penulis: Thalitha Yuristiana.