Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Namun kamus itu justru menuai kontroversi. Berikut kumparan rangkum sejumlah keanehan dari kamus tersebut:
Kamus setebal 347 halaman itu nyatanya belum dapat merangkum sejarah secara paripurna. Ketiadaan nama pendiri NU KH Hasyim Asyar’i justru menjadi kritik keras terhadap kamus tersebut.
Meski demikian, KH Hasyim Asyar’i bukan satu-satunya tokoh yang tidak tercatat. Tokoh lain seperti Muhammad Natsir atau bahkan HR Rasuna Said pun lenyap dari kasus tersebut. Padahal kedua tokoh itu sudah diberi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah.
Selain itu, ketiadaan tokoh nasional dari Pulau Kalimantan juga menjadi hal yang patut dipertanyakan. Padahal, misalnya, Kalimantan memiliki nama Hasan Basry.
Prajurit di masa revolusi itu turut mendukung Kalimantan masuk ke dalam wilayah Indonesia. Namanya pun sudah memperoleh gelar pahlawan pada tahun 2001 lalu.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, persoalan nama-nama ganda juga mudah dijumpai. Kami, misalnya, menemukan bahwa Sukiman Wirjosandjojo, Sunaryo Mangunpuspito, dan Zainal Arifin tertulis ganda dengan ejaan yang berbeda.
Anehnya, deskripsi terhadap tokoh-tokoh tersebut memiliki narasi yang berbeda pula. Ada yang ditulis panjang, tetapi ada juga yang ditulis pendek.
Sebagai contoh, Zainal Arifin di kamus itu tercatat dua kali. Pertama ditulis sebagai ‘Zainal Arifin’, kedua sebagai ‘Zainul Arifin’. Kedua tokoh itu sama-sama ditulis lahir di Tapanuli, Sumatera Utara pada tahun 1909.
Berikut ini merupakan perbedaannya:
Zainal Arifin. Adalah Wakil Perdana Menteri II wakil NU pada Kabine tAli Sastroamijoyo. Laki-laki berdarah Batak ini lahir di Barus,Tapanuli, Sumatera Utara pada 1909.
Zainul Arifin, K.H. Tokoh NU yang aktif dalam Masjumi. Ia menduduki jabatan bagian umum dalam organisasi Masyumi. Ia pernah diangkat sebagai panglima Hizbullah untuk seluruh Indonesia. Zainul Arifin dilahirkan di Barus, Tapanuli, Sumatra Utara pada 1909.
ADVERTISEMENT
Hal lain yang perlu digaris bawahi dari kamus tersebut adalah soal periodesasi. Dalam ilmu sejarah, periodesasi penting untuk memudahkan pemahaman tentang perkembangan manusia dari waktu ke waktu.
Apabila kamus itu memang dikhususkan untuk periode 1900-1950, maka nama-nama seperti Ranggawarsita, Raden Saleh, Raja Pertama Mataram Islam, atau bahkan Johannes Graaf Van Den Bosch tidak perlu muncul di kamus tersebut.
Hal teknis lainnya adalah seputar akurasi penulisan tanggal kelahiran tokoh. Dalam kamus itu, misalnya, nama Gatot Mangkoepradja ditulis lahir pada 25 Desember 1998. Padahal seharusnya lahir pada 25 Desember 1898.