Hamas Kecam Rencana Trump yang Ingin Ambil Alih Gaza

5 Februari 2025 10:14 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan keterangan pers usai melaksanakan pertemuan di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Selasa (4/2/2025). Foto: Jim Watson/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan keterangan pers usai melaksanakan pertemuan di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Selasa (4/2/2025). Foto: Jim Watson/AFP
ADVERTISEMENT
Rencana Presiden AS Donald Trump mengambil alih Jalur Gaza mendapat kecaman dari Hamas. Rencana ini disampaikan Trump usai bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Hamas mengatakan rencana Trump itu sama saja dengan mengusir warga Palestina dari tanah airnya.
“Kami menganggapnya sebagai resep untuk menciptakan kekacauan dan ketegangan di kawasan karena warga Gaza tidak akan mengizinkan rencana itu terlaksana,” kata pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, Rabu (5/2).
Rencana Trump ini juga mendapat kecaman dari organisasi hak asasi manusia. Mereka menyebut rencana Trump itu sama saja dengan pembersihan etnis.
Pemandangan umum puing-puing rumah dan bangunan yang hancur selama serangan Israel di kamp pengungsi Jabalia, Jalur Gaza utara, Kamis (29/1/2025). Foto: Mahmoud Issa/REUTERS
Selain itu, rencana Trump untuk memindahkan warga Gaza melanggar hukum internasional dan akan ditentang oleh banyak negara, khususnya sekutu Washington.
Pemerintah Arab Saudi dalam pernyataannya menegaskan penolakan terhadap segala usaha memindahkan warga Palestina dari tanah mereka dan tidak akan membangun hubungan dengan Israel tanpa pembentukan negara Palestina.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, mantan pejabat Badan Intelijen AS untuk Timur Tengah Jonathan Panikoff mengatakan rencana Trump ini berarti militer AS akan ditempatkan dalam jangka waktu panjang di sana.
“Dan jika terlaksana akan dipandang oleh dunia Arab bahwa Washington tidak belajar dari pengalaman membangun negara di Iran dan Afghanistan,” katanya.