Hamas Mau Gencatan Senjata 5 Tahun di Gaza, Janji Bebaskan Semua Sandera Israel

27 April 2025 10:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Palestina dan pejuang Hamas berkumpul di lokasi penyerahan dua sandera Israel di Rafah, Jalur Gaza selatan, sebagai bagian dari pembebasan tawanan ketujuh pada 22 Februari 2025. Foto: OMAR AL-QATTAA/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Warga Palestina dan pejuang Hamas berkumpul di lokasi penyerahan dua sandera Israel di Rafah, Jalur Gaza selatan, sebagai bagian dari pembebasan tawanan ketujuh pada 22 Februari 2025. Foto: OMAR AL-QATTAA/AFP
ADVERTISEMENT
Hamas menyatakan kesiapan untuk mencapai kesepakatan yang mencakup gencatan senjata selama lima tahun di Gaza dan pembebasan seluruh sandera Israel.
ADVERTISEMENT
Pernyataan itu disampaikan saat delegasi Hamas mengadakan pembicaraan dengan mediator Mesir di Kairo, Sabtu (26/4).
Mengutip AFP, seorang pejabat Hamas mengaku pihaknya siap untuk pertukaran tahanan dalam satu gelombang penuh sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata jangka panjang.
Proposal terbaru ini muncul setelah Hamas menolak tawaran Israel sebelumnya yang dinilai hanya sebagian dan tidak menjamin berakhirnya perang.
Seorang Sandera Ofer Kalderon dibebaskan oleh militan Hamas Palestina sebagai bagian dari gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran sandera-tawanan antara Hamas dan Israel di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, 1 Februari 2025. Foto: Ramadan Abed/REUTERS
Tawaran awalnya, Israel mengusulkan gencatan senjata 45 hari dengan imbalan pembebasan 10 sandera.
Namun, Hamas menegaskan bahwa kesepakatan apa pun harus mencakup penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza, penghentian perang secara permanen, serta peningkatan akses bantuan kemanusiaan.
“Kami akan menuntut jaminan berakhirnya perang,” kata pejabat senior Hamas, Mahmud Mardawi.
“Kesepakatan parsial tanpa jaminan memungkinkan pendudukan kembali melanjutkan perang. Kami butuh kesepakatan komprehensif dengan jaminan internasional.”
ADVERTISEMENT
Pejabat senior Hamas lainnya, Osama Hamdan, menegaskan kelompoknya tidak akan mempertimbangkan proposal yang tidak mengakhiri perang secara penuh.
Ia juga menekankan Hamas menolak untuk meletakkan senjata selama pendudukan Israel masih berlangsung di Gaza.

Kondisi Gaza

Tenda-tenda yang menampung warga Palestina yang mengungsi di kampus Universitas Islam yang rusak di Kota Gaza, Rabu (16/4/2025). Foto: Bashar Taleb/AFP
Sementara negosiasi berlangsung, kekerasan di Gaza masih berlanjut.
Pada Sabtu, serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 35 orang di Gaza.
Selain di Kota Gaza, serangan lain juga menewaskan 25 orang di berbagai lokasi.
Militer Israel mengeklaim telah menyerang 1.800 “target teror” dan menewaskan ratusan pejuang Hamas sejak serangan dilanjutkan pada 18 Maret.
Data dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan, lebih dari 51.495 warga Palestina tewas sejak pecahnya perang Oktober lalu, sebagian besar merupakan warga sipil.
Warga Palestina berkumpul untuk menerima makanan yang dimasak oleh dapur amal, di Nuseirat, Jalur Gaza bagian tengah, 8 April 2025. Foto: REUTERS/Ramadan Abed
Kondisi kemanusiaan di Gaza terus memburuk. Blokade Israel selama hampir delapan minggu membuat pasokan makanan dan obat-obatan menipis. Program Pangan Dunia (WFP) memperingatkan dapur umum di Gaza akan kehabisan stok dalam beberapa hari.
ADVERTISEMENT
“Tidak ada makanan di dapur umum, tidak ada di pasar. Tidak ada tepung atau roti,” kata warga Gaza utara, Wael Odeh, seperti diberitakan AFP.
Pejabat senior PBB, Jonathan Whittall, menggambarkan situasi Gaza sebagai kematian perlahan.
“Ini bukan hanya soal kebutuhan kemanusiaan, tapi juga soal martabat,” ujarnya.
Upaya gencatan senjata saat ini dimediasi oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat.