Hamas Pelajari Usulan Gencatan Senjata Israel, tapi Tolak Serahkan Senjata

15 April 2025 12:00 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Palestina dan pejuang Hamas dalam upacara pembebasan sandera Israel pada 22 Februari 2025. Foto: OMAR AL-QATTAA/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Warga Palestina dan pejuang Hamas dalam upacara pembebasan sandera Israel pada 22 Februari 2025. Foto: OMAR AL-QATTAA/AFP
ADVERTISEMENT
Kelompok Hamas menyebut Israel telah menawarkan gencatan senjata selama 45 hari pada Senin (14/4). Mereka kemudian menjelaskan, Israel menginginkan selama masa itu setengah dari sandera yang tersisa dibebaskan.
ADVERTISEMENT
Hamas lalu menambahkan, Israel menginginkan mereka menyerahkan senjata agar perang Gaza dapat berakhir. Menurut penguasa Gaza tersebut, permintaan Israel itu melewati garis merah.
Menurut seorang pejabat Hamas, usulan gencatan senjata dari Israel saat ini masih dipelajari oleh mereka.
“Faksi perjuangan dan Hamas posisinya bahwa senjata perjuangan adalah garis merah yang tak bisa dinegosiasikan,” ucap seorang pejabat Hamas seperti dikutip dari AFP.
“Hamas menginformasikan mediator kami ingin menyepakati gencatan senjata permanen, penarikan seluruh tentara Israel dari Jalur Gaza dan masuknya bantuan,” sambung dia.
Seoarang Sandera Ofer Kalderon dibebaskan oleh militan Hamas Palestina sebagai bagian dari gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran sandera-tawanan antara Hamas dan Israel di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, 1 Februari 2025. Foto: Ramadan Abed/REUTERS
Adapun saat ini masih ada 58 sandera Israel di Gaza. Sejak perang pecah, Israel menuntut pembebasan warganya yang masih disandera.
Dalam keterangannya, Israel lagi-lagi menekankan syarat utama gencatan senjata permanen cuma pembebasan seluruh sandera.
ADVERTISEMENT
“Proposal termasuk melucuti senjata Hamas dan faksi bersenjata di Gaza adalah sebagai syarat supaya perang berhenti permanen,” kata pejabat Israel.