Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Hamza, Putra Osama bin Laden yang Jadi Ancaman Baru Amerika
4 Agustus 2017 15:42 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Osama bin Laden memang telah terbunuh pada 2011, namun nama al-Qaidah tidak serta merta hilang. Bahkan, trah bin Laden masih bercokol di dalam kelompok bersenjata itu, menuntut balas atas kematian Osama di tangan tentara Amerika.
ADVERTISEMENT
Adalah nama Hamza bin Laden, putra Osama, yang belakangan muncul ke media. Hamza adalah putra dari istri ketiga Osama, kini usianya sekitar 28 tahun. Sosoknya disebut akan menjadi figur baru bagi al-Qaidah yang pamornya turun sejak kemunculan ISIS.
Mei lalu, muncul rekaman suara Hamza yang dirilis al-Qaidah. Menurut Washington Post, suara Hamza mirip dengan suara Osama. Dalam pesannya, Hamza menyerukan para simpatisan al-Qaidah untuk mengikuti jejak para syuhada dalam memerangi "orang-orang kafir."
"Persiapkan dengan cerdas untuk membuat kerugian hamzabesar bagi orang-orang kafir. Ikutilah jejak langkah para pencari syahid sebelum kalian," kata Hamza.
Dua bulan kemudian, media al-Qaidah As-Sahab merilis video Hamza yang mengancam Amerika. Dia bersumpah akan menuntut balas atas kematian ayahnya yang terbunuh dalam serbuan Navy SEAL di kota Abbottabad, Pakistan.
ADVERTISEMENT
"Jika kalian pikir dosa dan kejahatan kalian di Abbottabad berlalu tanpa hukuman, kalian salah," ujar Hamza.
"Kami akan terus menyerang kalian dan mengincar kalian di negara kalian dan di luar negeri, untuk balasan atas penjajahan kalian terhadap rakyat Palestina, Afghanistan, Suriah, Irak, Yaman, Somalia, dan tanah Muslim lainnya," tegas Hamza lagi.
Hamza pertama kali muncul dua tahun lalu. Dalam sebuah rekaman audio, Hamza diperkenalkan oleh pemimpin al-Qaidah, Ayman al-Zawahiri, sebagai "singa dari sarang al-Qaidah".
Dalam rekaman di pertengahan 2015 itu, Hamza memuji Zawahiri dan mengecam Presiden Barack Obama yang disebutnya "Pemimpin hitam geng kriminal".
Hamza saat itu menyerukan para pengikut al-Qaidah "memindahkan perang dari Kabul, Baghdad, dan Gaza ke Washington, London, Paris, dan Tel Aviv".
Hamza masih berusia sekitar 11 tahun ketika terjadi serangan al-Qaidah di New York, Amerika Serikat, 11 September 2001 lalu. Menjadi putra Osama bin Laden, Hamza tumbuh dengan membenci Amerika, namun diam-diam menyukai Coca-Cola.
ADVERTISEMENT
Setelah peristiwa 9/11, Hamza dan ibunya, Khairiah Sabar, kabur ke Iran. Mereka kemudian tertangkap di Teheran. Selama lebih dari 10 tahun berikutnya, Hamza dan ibunya menjalani tahanan rumah di ibukota Iran itu.
Hamza dididik secara home-schooling oleh ibunya, Sabar, seorang ahli psikologi anak bergelar PhD untuk studi Islam. Lebih tua tujuh tahun dari Osama, Sabar yang berasal dari keluarga kaya dikenal berpendirian kuat dan berkomitmen pada jihad.
Di usia 20-an, Hamza menikahi putri Abu Mohammed al-Masri, mantan ketua kamp pelatihan al-Qaidah. Masri jadi buronan atas pengeboman Kedutaan AS di Darussalam, Tanzania dan Nairobi, Kenya.
Mereka baru dibebaskan beberapa bulan sebelum Osama tewas pada serbuan tanggal 2 Mei 2011. Dalam serbuan itu, media awalnya mengira Hamza tewas bersama Osama. Namun yang tewas bukan Hamza, melainkan Khaled, putra tertua Osama.
ADVERTISEMENT
Dalam surat Hamza yang ditemukan di kediaman Osama, terlihat kerinduan yang besar seorang anak kepada ayahnya.
"Beberapa kali, dari lubuk hati terdalam, saya berharap ada di sisimu. Saya ingat setiap senyum yang kau berikan untukku, setiap kata yang kau sampaikan, dan setiap tatapan yang kau arahnya," tulis Hamza dalam surat, seperti dikutip dari Newsweek.
Tidak banyak yang diketahui soal kehidupan pribadinya. Beberapa media menuliskan dia punya dua anak dan sembunyi di wilayah terpencil Pakistan.
Menurut para pengamat, kemunculan Hamza akan menjadi babak baru bayang teror al-Qaidah terhadap Amerika Serikat dan negara-negara Barat. Hamza akan membuka jalan bagi generasi al-Qaidah yang lebih muda.
Bruce Riedel peneliti dari lembaga riset AS, The Brookings Institution, pernah mengatakan bahwa Hamza adalah juru bicara al-Qaidah sekaligus musuh yang berbahaya.
ADVERTISEMENT
"Hamza menyajikan wajah baru al-Qaidah, yang berhubungan dengan pendiri kelompok itu. Dia adalah musuh yang berbahaya," kata Riedel seperti dikutip Reuters.