Hasil Uji Laboratorium, Ratusan Burung Pipit yang Mati di Bali Negatif Influenza

17 September 2021 14:34 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Burung pipit atau bondol jawa yang dianggap sebagai hama pertanian. Foto: Dok. Mongabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Burung pipit atau bondol jawa yang dianggap sebagai hama pertanian. Foto: Dok. Mongabay.com
ADVERTISEMENT
Dinas Kesehatan Hewan Kabupaten Gianyar, Bali, merilis hasil uji laboratorium sampel ratusan burung pipit yang berjatuhan dan mati di pekuburan Banjar Sema, Desa Pring, Bali, Kamis (9/9) lalu.
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Kabupaten Gianyar Made Santiarka mengatakan, berdasarkan hasil PCR untuk Newcastle Disease (ND) burung tersebut negatif influenza atau flu burung.
Sementara itu, berdasarkan uji histopatologi terhadap bangkai dan feses burung tersebut tidak ditemukan penyakit infeksius atau mikroorganisme.
"Bahwa kematian burung pipit yang terjadi pada tanggal 9 September kemarin tidak mengarah kepada penyakit infeksius. Artinya kematian itu tidak disebabkan oleh mikroorganisme. Itu istilahnya infeksius itu kalau kematiannya disebabkan oleh mikroorganisme seperti tergolong ini virus, bakteri, jamur," kata dia saat dihubungi, Jumat (17/9).
Santiarka menduga ada beberapa sebab burung tersebut berjatuhan dan mati. Pertama, burung yang bertengker di pohon asam tidak kuat melawan asam hujan.
Hujan yang lebat tersebut membuat burung-burung tersebut kekurangan oksigen. Kamis (9/9) memang cuaca di Kabupaten Gianyar cukup ekstrem.
ADVERTISEMENT
"Kayak kita berenang terlalu banyak air, kita kan jadi sulit bernapas karena kekurangan O2. Karena hujan lebat dia, kan, terguyur air banyak sekali," kata Santiarka.
Kedua, penggunaan pestisida terhadap tanam-tanaman. Sehingga burung- burung tersebut keracunan saat memakan tumbuhan.
Seperti diketahui, fenomena ratusan burung pipit berjatuhan dan mati ini membuat warga setempat heboh dan viral media sosial. Warga akhirnya mengubur burung-burung tersebut di lokasi ditemukan.
Ternyata dalam lima tahun terakhir, fenomena alam ini pernah terjadi di area Sanglah, Kota Denpasar, dan Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan.
Pada Juli 2021, fenomena yang sama sempat terjadi di Sukabumi, Jawa Barat. Terbaru terjadi di Cirebon, Jawa Barat, Selasa (14/9) lalu.