Hasil Uji Laboratorium: Tak Ada Bahan Memabukkan di Pembalut Wanita

22 November 2018 10:57 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Spesial Konten Mabuk Rebusan Pembalut (Foto: Lab Kimia LIPI)
zoom-in-whitePerbesar
Spesial Konten Mabuk Rebusan Pembalut (Foto: Lab Kimia LIPI)
ADVERTISEMENT
Iseng-iseng membawa petaka. Begitulah kiranya ungkapan yang tepat untuk tren mabuk pembalut di kalangan remaja jalanan.
ADVERTISEMENT
Dengan alasan tak punya uang untuk membeli minuman beralkohol, remaja-remaja itu tak kehabisan akal. Mereka nekat meneguk air rebusan pembalut agar bisa nge-fly dan mabuk.
Kasus tersebut ramai dibahas publik saat Kepala Bidang Berantas Badan Narkotika Nasional Jawa Tengah, Suprinarto, menyebut adanya kelompok anak jalanan yang mabuk air rebusan pembalut pada awal bulan November 2018.
Menurut Suprinarto, sebenarnya kasus mabuk rebusan air pembalut ini sudah marak di kalangan remaja jalanan usia 13-16 tahun sejak 2016, dan telah menjalar ke beberapa daerah.
Saat ini, fenomena mabuk air rebusan pembalut kembali mencuat. Kasus serupa ditemukan di wilayah Jawa Tengah seperti Kudus, Pati, Semarang dan beberapa daerah lainnya.
Fenomena ini membuat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kimia ikut meneliti kandungan yang ada di pembalut. Menurut studi literatur yang dilakukan oleh LIPI, bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan pembalut menggunakan polimer atau sintesis.
ADVERTISEMENT
“Jadi dari isi pembalutnya sendiri, si hidrogell itu adalah polimer, poliakrilat (plastik). Kemudian sarung penutupnya ya, kain penutupnya juga itu bahan polimer, kemudian juga nanti dibungkus lagi dengan plastik itu bahan polimer,” ujar Dr Yenny Meliana, Peneliti Teknik Kimia LIPI saat ditemui kumparan pada Senin (19/11).
Sehingga, dalam hal ini, bahan-bahan pembalut tidak mengandung suatu zat yang menyebabkan seseorang mabuk, sekalipun direbus dan diminum. Lantas, apa yang membuat seseorang mabuk setelah meminum rebusan air pembalut?
Untuk mencari tahu, LIPI meneliti apakah ada kandungan zat Benzene, Toluene, dan Xylene (BTX) di rebusan pembalut. BTX merupakan senyawa organik atau pelarut yang biasa digunakan pada lem, bila zat ini dihirup terus menerus bisa mengakibatkan orang berhalusinasi.
Dr Yenny Meliana LIPI (Foto: Bintang/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dr Yenny Meliana LIPI (Foto: Bintang/kumparan)
Dari tiga sample pembalut yang direbus dan diteliti LIPI, hasilnya tidak ditemukan kandungan BTX yang memabukkan.
ADVERTISEMENT
"Jadi kita rebus si pembalutnya, kemudian kita ekstrak, kita analisis pakai alat gas kromatografi, ternyata tidak ada kandungan dari BTX itu tadi," tutur perempuan yang akrab disapa Meliana.
Penelitian tersebut, tak selesai di situ. LIPI juga meneliti perekat yang menempel di balik pembalut. Meski begitu, kandungan perekat di dalam pembalut sangatlah sedikit untuk membuat seseorang sempoyongan apalagi mabuk.
“Tapi kan kandungan resin perekatnya itu sangat-sangat sedikit di dalam pembalut itu. Jadi kalau dari komposisinya tidak ada bahan yang mengarah ke arah yang memabukkan itu ya,” ucap Meliana.
Pembalut Wanita. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Pembalut Wanita. (Foto: Shutterstock)
Menurut Meliana, sensasi mabuk itu diduga didapatkan dari sugesti si peminum. Dugaan lain, air rebusan pembalut sengaja dicampur dengan alkohol sehingga memabukkan.
ADVERTISEMENT
"Kalaupun diberitakan bisa memabukkan atau membuat fly itu mungkin sugesti. Atau kemungkinan lain, mereka menambahkan biasanya kan ada ya ditambahkan ramuan apa gitu, obat batuk, kemudian merebusnya sendiri tidak dengan air," ungkap Meliana.
"Kalau merebusnya dengan alkohol ya yang bikin memabukkan alkoholnya bukan rebusan air pembalutnya sendiri," lanjutnya.
Tak hanya air rebusan pembalut baru yang dikonsumsi remaja-remaja nekat ini, namun air rebusan pembalut bekas pakai yang didapat dari tempat sampah juga jadi sasaran eksperimen mereka.
"Kalau pembalut bekas itu kan berarti itu udah beda lagi, apalagi kalau dapetnya pembalut bekasnya entah darimana sudah terkontaminasi dengan zat-zat lain. Tapi itu juga lebih ke arah ke kesehatan ya, higienis. Karena sudah ada mikroba di sana, mikro organisme, bakteri, seperti itu, kalau pembalut bekas," tutur Meliana.
Ilustrasi Mabuk Rebusan Pembalut. (Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mabuk Rebusan Pembalut. (Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan)
Apabila air rebusan pembalut diminum dalam jangka panjang, dampak yang ditimbulkan jelas membahayakan kesehatan.
ADVERTISEMENT
"Bahan kimia ini lebih ke arah gangguan-gangguan misalnya nanti gangguan di saluran pencernaan, kemudian kalau memang ada migrasi bahan-bahan kimia yang berbahaya, atau migrasi polimernya sendiri itu ke arah kanker seperti itu," ucap Meliana.
Senada dengan Meliana, dokter kandungan dan reproduksi Prof Ali Baziad SpOG (K) melarang keras meminum air rebusan pembalut bekas.
"Enggak boleh, darah haid kan darah kotor, kok darah kotor diminum?," jelasnya.
Badan Narkotika Nasional (BNN) juga telah menguji lima merek pembalut wanita yang dibeli secara acak di sekitar laboratorium BNN di daerah Lido, Bogor. Hasilnya, tidak ada kandungan narkotika di rebusan tersebut.
“Semuanya negatif. Tidak mengandung narkotika maupun psikotropika,” ungkap Kabag Humas BNN Kombes Sulistiandriatmoko.
ADVERTISEMENT
Menurut Sulis, panggilan akrab Sulistiandriatmoko, anak-anak yang meminum air rebusan pembalut punya riwayat mengonsumsi obat-obatan. Sehingga mereka tersugesti untuk merasakan ‘fly’ layaknya orang mabuk.
"Dari analisis psikiater juga membuktikan itu lebih daripada proses sugesti, sehingga bisa me-recall halusinasi dari efek obat-obatan yang pernah mereka gunakan sebelumnya,” jelas Sulis.
Kepala Bagian Humas BNN Kombes Pol Sulis (Foto: Aprilandika Pratama/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Bagian Humas BNN Kombes Pol Sulis (Foto: Aprilandika Pratama/kumparan)
Meski pembalut wanita tak mengandung narkoba, Sulis mengungkapkan bahwa produk ini mengandung klorin. Zat ini berfungsi sebagai disinfektan supaya pembalut wanita itu higienis, bersih, dan sehat.
Klorin juga biasa digunakan untuk membersihkan toilet dan air kolam renang. “Klorin itu fungsinya untuk disinfektan, untuk penjernih air, anti hama itu,” ucapnya.
Senada dengan BNN, LIPI juga menyebut, dalam pembalut ada klorin, hanya saja komposisinya tidak banyak, sebatas residu saja. Klorin tersebut berasal dari sisa pembersihan kapas yang ada di pembalut.
ADVERTISEMENT
“Kalau residu klorin ya, seperti untuk pembalut, kemudian tisu, kapas, semuanya dalam proses pembuatan itu ada zat pemutih bleaching-nya ya, semuanya itu ada kandungan si klorin,” kata Meiliana.
Selama jumlah klorin dalam pembalut masih di bawah ambang batas kesehatan dan tidak berupa gas, maka kandungan klorin tidak berbahaya. Terlebih klorin dalam pembalut berbentuk larutan padat yang apabila direbus akan berubah menjadi ion klorin.
Meliana berpendapat, yang perlu diwaspadai ialah klorin yang berbentuk gas karena apabila terhirup dan masuk ke pernapasan dapat membahayakan nyawa.
“Ion klorin itu tidak berbahaya. Karena ion klorin sendiri biasanya dipakai buat di kaporit, garam sendiri ada ion klorinnya. Jadi yang kita perlu bedakan di sini kalau dia berbentuk gas itu berbahaya, sedangkan di sini tidak ada indikasi dia klorinnya berbentuk gas,” jelas Meliana.
ADVERTISEMENT
--------------------------------------------------------------------
Simak penjelasan lainnya dalam konten spesial dengan follow topik Mabuk Rebusan Pembalut.