Hasto Kenang Perjuangan Megawati Rebut PDI di Kudatuli: Aktornya Harus Dihukum!

21 Juli 2022 13:08 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto di Jabar. Foto: Dok. PDIP
zoom-in-whitePerbesar
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto di Jabar. Foto: Dok. PDIP
ADVERTISEMENT
PDI Perjuangan menggelar diskusi publik dalam rangka memperingati 26 tahun peristiwa Kerusuhan 27 Juli 1996 (Kudatuli) di Kantor DPP PDIP Menteng, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan ini, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengajak kader dan masyarakat mengingat peristiwa tersebut serta perjuangan Megawati Soekarnoputri dalam meraih posisi Ketum PDI, sebelum mendirikan PDIP.
Menurut Hasto, saat itu kekuasaan otoriter khawatir akan kekuatan Megawati yang mampu menarik suara rakyat. Ketakutan itu, lanjut dia, menjadi salah satu faktor ada percobaan pengambilalihan posisi Megawati meski ditetapkan sebagai Ketum PDI melalui Kongres.
"Bangun keyakinan politik siapa pun kekuasaan bungkam suara rakyat tidak akan langgeng. Karena itu, apa yang dilakukan Bu Mega dengan bergerak ke bawah mengkhawatirkan otoritas politik saat itu. Karena itu ada pembendungan, penjegalan, ketika arus bawah menguat. Kongres dibubarkan. Dan dalam waktu singkat Bu Mega naik ke podium mengatakan de facto saya Ketum PDI," kata Hasto, Kamis (21/7).
ADVERTISEMENT
Hasto bercerita, peristiwa ini diingatkan langsung oleh Megawati kepadanya satu tahun lalu. Meski belum terlibat langsung dengan PDI, Hasto saat itu juga merupakan salah satu saksi peristiwa Kudatuli.
Hasto mengatakan melihat langsung upaya Megawati turun ke bawah dengan membangun harapan rakyat untuk melawan kekuasaan yang nampak dibangun dengan cara tidak benar di era Soeharto. Hasto menyayangkan hal ini berujung pada terjadi pengambilalihan Kantor PDI secara paksa.
Tabur bunga di Kantor DPP PDIP memperingati peristiwa kudatuli. Foto: Dok. PDIP
"Saat itu saya masih kerja di BUMN, saya duduk sebelum serangan. Pembatas jalan ditutup, Sabtu ada orasi. Saya hanya bisa lihat tapi semua orang menyampaikan ekspresi. Suara rakyat yang semula diam, yang biasa takut kekuasaan otoriter, menyampaikan protes. Gerakan moral, arus bawah, titik balik kekuatan otoriter. Kita tahu kekuasaan Presiden Soeharto dibangun dengan kekejaman luar biasa," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
"Dan geopolitik Sukarno menunjukkan [ada upaya] politik asing untuk menggeser Bung Karno karena pemikirannya dapat mengubah dunia. Itu yang menakutkan Eropa, Asia, dan lain-lain. Mereka kemudian bekerja sama dengan Soeharto untuk melengserkan Sukarno," terang dia.
Hasto menyesalkan bahwa peristiwa Kudatuli tak juga terungkap tuntas selama 26 tahun. Namun, ia memastikan PDIP tidak akan berhenti memperjuangkan ketidakadilan hukum tersebut.
"Salah satunya perjuangan Bu Mega termasuk lewat PDI, lewat serangan Kudatuli. Kita akan cari ruang, celah. Bangun optimisme dengan kekuatan bersama. Siapa pun aktor intelektual serangan PDI saat itu harus dituntut di muka hukum," tandas Hasto.
ADVERTISEMENT
Peristiwa Kudatuli atau Peristiwa Sabtu Kelabu adalah peristiwa pengambilalihan secara paksa Kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro 58, Jakarta Pusat, yang saat itu dikuasai pendukung Megawati Soekarnoputri.
Seorang pendukung terguling pemimpin Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Megawati Sukarnoputri mencoba untuk memecahkan jendela kendaraan anti huru hara lapis baja 27 Juli 1996. Foto: JOHN MACDOUGALL / AFP
Penyerbuan dilakukan oleh massa pendukung Soerjadi (Ketua Umum versi Kongres PDI di Medan) serta dibantu oleh aparat dari kepolisian dan TNI.
Menurut catatan Komnas HAM, setidaknya 5 orang meninggal dunia, 149 orang sipil maupun aparat mengalami luka-luka, 136 orang ditahan, serta lainnya hilang dalam peristiwa ini.
Ketika Megawati menjadi presiden, aktor intelektulnya belum juga dibawa ke meja hijau.