Hasto soal Baliho Prabowo-Gibran di Labuan Bajo: Rakyat Tahu Gibran Kader PDIP
28 Agustus 2023 20:25 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
"Kami tidak pernah menyentil relawan-relawan tertentu parpol tertentu. Yang kami kedepankan adalah politik yang membangun peradaban. Politik yang positif, politik yang ada sense of happines, politik yang merangkul," kata Hasto di Kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, Senin (28/8).
"Itulah ciri-ciri karena Pak Ganjar Pranowo ini pemimpin muda, berprestasi, merakyat, jujur dan punya stamina dan energi tinggi untuk menyapa seluruh rakyat Indonesia. Jadi kami tidak menanggapi apa yang dilakukan oleh calon lain ataupun parpol lain," sambungnya.
Terkait nama Gibran masuk bursa cawapres Prabowo, Hasto mengatakan setiap parpol memiliki strategi tersendiri. Namun, ia menegaskan Gibran adalah kader PDIP.
"Ya, setiap partai punya strategi, punya kedaulatan tapi rakyat Indonesia juga tahu bahwa Gibran merupakan kader PDIP yang dipersiapkan untuk jadi pemimpin termasuk juga kepala kepala daerah lain. Seperti Eri Cahyadi Walkot Surabaya, yang juga banyak mengukir prestasi," tutup Hasto.
ADVERTISEMENT
Baliho itu menggambarkan Prabowo yang mengenakan jas dan berpeci serta Gibran yang berbaju putih dan berpeci. Baliho bertuliskan dukungan masyarakat NTT terhadap mereka sebagai capres dan cawapres.
Gibran mengatakan, foto dirinya yang dipasang bersama Prabowo di baliho itu, belum ada izin darinya dan tanpa sepengetahuannya.
"Tekno seng masang (tanyakan saja yang masang). Aku ra mudeng ora mengikuti (saya tidak tahu, tidak mengikuti), tanyakan relawan," kata Gibran di Balai Kota Solo, Senin (28/8).
Putra sulung Presiden Jokowi ini menegaskan, dirinya juga tidak mengarahkan relawan untuk memasang baliho tersebut.
"Itu (pasang baliho Prabowo-Gibran) belum izin saya. Nanti saya tindak lanjuti juga," kata dia.
Baliho Prabowo dan Gibran di Labuan Bajo mulai ramai mendapat sorotan pada Minggu (27/8). Ukuran baliho cukup besar.
ADVERTISEMENT
Belum diketahui kapan baliho itu dipasang dan siapa yang memasangnya.
Narasi yang beredar menyebutkan bahwa baliho itu hanya untuk memecah belah kekuatan Ganjar Pranowo di NTT — salah satu lumbung PDIP.