Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Heboh 400 Anak Korban Pelecehan di Panti Asuhan di Malaysia
13 September 2024 8:54 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Aparat keamanan Malaysia menyelamatkan lebih dari 400 anak yang menjadi korban kekerasan di panti asuhan, pada Rabu (11/9). Tempat itu dikelola organisasi bisnis berbasis Islam di Negeri Jiran.
ADVERTISEMENT
Pejabat kepolisian Malaysia, Inspektur Jenderal Razarudin Husain mengatakan dalam operasi penggerebekan itu mereka menangkap 171 pria dewasa, termasuk ustaz. Penggerebekan dilakukan di 20 tempat yang berada di dua negara bagian.
Razarudin menjelaskan, mereka yang diselamatkan terdiri dari 201 bocah laki-laki dan 201 anak perempuan. Anak-anak itu berusia satu sampai 17 tahun.
Dia menambahkan, penggerebekan berujung penangkapan dilakukan setelah adanya laporan masyarakat terkait dugaan pelecehan seksual terhadap anak-anak di puluhan panti asuhan.
"Semua panti asuhan itu dikelola Global Ikhwan Services and Business (GISB)," ucap Razarudin seperti dikutip dari Reuters.
Merespons penangkapan, GISB membantah terlibat dalam pelecehan seksual terhadap ratusan anak. Mereka juga membantah mengelola puluhan panti asuhan yang digerebek.
"Bukan kebijakan kami merencanakan dan melaksanakan tindakan yang berlawanan dengan hukum Islam dan hukum nasional," kata GISB.
ADVERTISEMENT
GISB menegaskan, mereka menuntut penyelidikan menyeluruh perihal kasus yang menyeret namanya tersebut.
GISB diketahui terlibat bisnis di berbagai sektor mulai dari supermarket sampai laundry. Selain di Malaysia GISB beroperasi di Indonesia, Singapura, Mesir, Arab Saudi, Prancis, Australia, dan Thailand.
Pegawai GISB
Dalam konferensi pers pada Rabu kemarin, Razarudin menjelaskan dari hasil investigasi awal, anak yang sudah diselamatkan seluruhnya anak karyawan GISB Malaysia. Seluruhnya dibawa ke panti asuhan setelah mereka lahir. Di tempat itu mereka diduga jadi korban pelecehan.
Bentuk pelecehan, ucap Razarudin, termasuk sodomi oleh wali dewasa. Kemudian mereka diduga diajari menyodomi anak-anak lainnya di panti itu.
GISB sendiri dikaitkan dengan kelompok Al-Arqam yang sudah dilarang di Malaysia sejak 1994. GISB pernah mengakui hubungan dengan Al-Arqam namun kini mereka menggambarkan diri sebagai pengusaha yang berdasarkan ajaran Islam.
ADVERTISEMENT
Siapa GISB, Perusahaan yang Diduga Terkait Kasus Pelecehan Anak di Malaysia?
Malaysia gempar akibat kasus pelecehan seksual terjadi di puluhan panti asuhan, yang diduga dikelola Global Ikhwan Services and Business (GISB).
Kasus ini terungkap setelah aparat Kepolisian Malaysia menyelamatkan lebih dari 400 anak yang menjadi korban kekerasan di panti asuhan, pada Rabu (11/9).
Inspektur Jenderal Razarudin Husain dari kepolisian Malaysia mengatakan, dalam operasi penggerebekan itu mereka menangkap 171 pria dewasa, termasuk ustaz. Penggerebekan dilakukan di 20 tempat yang berada di dua negara bagian.
"Semua panti asuhan itu dikelola Global Ikhwan Services and Business (GISB)," ucap Razarudin seperti dikutip dari Reuters.
Mengutip dari situs GISB, mereka menyebut perusahaan didirikan oleh Ustaz Ashaari Muhammad. Penelusuran kumparan, pendiri GISB merupakan pemimpin jemaah Al-Arqam di Malaysia.
ADVERTISEMENT
Organisasi tersebut dilarang di Malaysia sejak 1994. Keputusan pelarangan diambil karena ajaran Al-Arqam dipandang menyimpang.
GISB pernah mengakui hubungan dengan Al-Arqam namun kini mereka menggambarkan diri sebagai pengusaha yang berdasarkan ajaran Islam.
Saat ini berdasarkan situs resminya, mereka menggambarkan diri sebagai konglomerat Islam. GISB bergerak di berbagai sektor seperti pendidikan, keuangan, komunikasi, pertanian, medis, manufaktur hingga pariwisata.
Selain di Malaysia GISB beroperasi di Indonesia, Singapura, Mesir, Arab Saudi, Prancis, Australia, dan Thailand.
Terkait penggerebekan di puluhan panti asuhan GISB telah berkomentar. Mereka membantah terlibat dalam pelecehan seksual terhadap ratusan anak. Mereka juga membantah mengelola puluhan panti asuhan yang digerebek.
"Bukan kebijakan kami merencanakan dan melaksanakan tindakan yang berlawanan dengan hukum Islam dan hukum nasional," kata GISB.
ADVERTISEMENT
GISB menegaskan, mereka menuntut penyelidikan menyeluruh perihal kasus yang menyeret namanya tersebut.