Heboh Celana Dalam Pria-Wanita Berserakan di Puncak Gunung Sanggabuana Karawang

25 Oktober 2021 19:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga di sekitar air terjun Gunung Sanggabuana Karawang. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Warga di sekitar air terjun Gunung Sanggabuana Karawang. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Heboh di media sosial, pakaian dalam wanita dan pria dibuang sembarangan di Puncak Gunung Sanggabuana, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang. Jumlahnya diperkirakan ada ratusan pakaian dalam yang berserakan begitu saja di area gunung Sanggabuana.
ADVERTISEMENT
Warga setempat, Ahmad Abdul Karim (20) menuturkan, masyarakat sekitar Sanggabuana tidak aneh dengan fenomena ini. Menurutnya, fenomena itu adalah kepercayaan para peziarah yang sengaja datang ke Gunung Sanggabuana untuk melakukan ritual tertentu.
“Jadi kalau ada orang luar yang mandi di air terjun, dia harus membuang pakaian dalamnya. Kalau perempuan buang celana dalam dan bra, kalau laki-laki hanya celana dalam saja. Tujuannya membuang sial, soalnya mandi di tempat keramat. Di beberapa daerah di Loji ada juga yang melakukan itu,” kata Karim.
Pakaian dalam perempuan dan pria berserakan di sekitar air terjun Gunung Sanggabuana Karawang. Foto: Dok. Istimewa
Karim menuturkan, ada kepercayaan lokal yang berkembang di Sanggabuana, bahwa barang siapa mandi di pancuran atau air terjun lalu membuang pakaian dalamnya, dipercaya kesialannya juga ikut hilang.
“Misal ada orang yang usahanya bangkrut, terus pengin buka usaha lagi dan supaya lancar biasanya melakukan ritual itu.”
ADVERTISEMENT
Hal senada juga diamini aparatur Desa Jatilaksana, Kecamatan Pangkalan Acim Bahrudin. Menurutnya, warga setempat sudah terbiasa dengan fenomena ini.
Pakaian dalam perempuan dan pria berserakan di sekitar air terjun Gunung Sanggabuana Karawang. Foto: Dok. Istimewa
“Setahu saya, fenomena ini sudah lama dilakukan para peziarah. Dari dulu, kami sudah terbiasa dengan pakaian dalam yang berjajar di pepohonan.”
Sementara itu, terpisah, Asep Sundapura, budayawan Karawang menuturkan, ritual yang dilakukan para peziarah mengalami pergeseran tempat. Dulu, ritual buang pakaian dalam dilakukan di Curug (air terjun) Cigeuntis. Bukan di puncak gunung Sanggabuana.
“Dulu itu kan namanya bukan Curug Cigeuntis, tapi Curug Panyipuhan. Panyipuhan berasal dari bahasa Sunda yang artinya ‘pembersih’ atau ‘pembuang sial’. Artinya, curug ini diyakini bisa menghilangkan atau membersihkan kesialan dan hal-hal negatif dari tubuh manusia. Semacam buang sial dan semacamnya. Itu cerita lama yang berkembang di Karawang Selatan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Zaman dulu kala, orang dari mana-mana sengaja mendatangi Curug Panyipuhan untuk ritual mandi dan buang pakaian dalam. Mereka percaya kalau melakukan itu maka dirinya “disepuh” atau dibersihkan.
“Kalau di Puncak Gunung Sanggabuana itu sebetulnya tidak seperti itu. Jadi salah tempat. Seharusnya di Curug Cigeuntis berdasarkan keyakinan lokal, walau pun sebenarnya buang pakaian dalam di Curug Cigeuntis tidak boleh kalau menurut pandangan lingkungan. Kalau (ritual) di Puncak Sanggabuana itu baru dilakukan tahun 2000-an awal seiring dengan menjamurnya kuburan-kuburan di sana. Kalau di Curug Cigeuntis, ritual itu sudah dilakukan sejak tahun 1970-an,” sambungnya.
Asep Sundapura menyarankan agar Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Karawang mengambil tindakan tanpa merusak kepercayaan lokal.
Caranya dengan memasang papan pengumuman, atau membagikan brosur yang isinya imbauan agar peziarah tidak mengotori lingkungan Sanggabuana.
ADVERTISEMENT
“Kemudian, pemerintah menyediakan tempat khusus untuk orang buang benda seperti itu. Bikin tempatnya seunik mungkin, jadi nanti akan menjadi sebuah story telling yang khas.”
Di tempat lain, Kabid Promosi pariwisata Disparbud Karawang Dadan Hendayana mengatakan, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan pengelola tempat wisata di sana demi mencegah kejadian serupa terulang kembali.
“Jadi awalnya kan banyak ditemukan pakaian dalam di lokasi wisata, ternyata setelah digali, ada ritual khusus. Kami juga akan menanyakan ke pengelola, apakah ritual ini dilakukan atas sepengetahuan pengelola, atau memang peziarah melakukan sendiri ritual tersebut. Jelas kami tidak memperbolehkan ritual ini.”
Sementara itu saat dihubungi terpisah, Kepala Disparbud Karawang Yudi Yudiawan juga mengatakan hal yang serupa. “Pengunjung agar menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan. Kita harus jaga bersama-sama wisata alam tersebut.” kata dia.
ADVERTISEMENT
=====
Jangan lewatkan informasi seputar Festival UMKM 2021 kumparan dengan mengakses laman festivalumkm.com. Di sini kamu bisa mengakses informasi terkait rangkaian kemeriahan Festival UMKM 2021 kumparan, yang tentunya berguna bagi para calon dan pelaku UMKM.