Heboh Peneliti BRIN Ancam Bunuh Muhammadiyah Berujung Minta Maaf

25 April 2023 7:19 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peneliti BRIN AP Hasanuddin. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Peneliti BRIN AP Hasanuddin. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Komentar Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang Hasanuddin soal Muhammadiyah yang tidak sejalan dengan pemerintah terkait perbedaan penentuan Hari Raya Idul Fitri 1444 H menuai polemik. Apalagi komentar itu bernada ancaman pembunuhan.
ADVERTISEMENT
Awalnya dia berkomentar di unggahan Facebook milik peneliti BRIN Prof Thomas Djamaluddin. Thomas juga menulis komentar terkait perbedaan Lebaran.
"Eh, masih minta difasilitasi tempat sholat Id. Pemerintah pun memberikan fasilitas," tulis Thomas.
Status Thomas mendapat respons dari juniornya. Melalui akun AP Hasanuddin, ia menuliskan kemarahan atas sikap Muhammadiyah.
"Perlu saya halalkan gak nih darahnya semua Muhammadiyah? Apalagi Muhammadiyah yang disusupi Hizbut Tahrir melalui agenda kalender Islam global dari Gema Pembebasan? Banyak bacot emang!!! Sini saya bunuh kalian satu-satu. Silakan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan! Saya siap dipenjara. Saya capek lihat pergaduhan kalian," kata Andi.
Thomas yang merupakan mantan kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) itu membenarkan bahwa komentar tersebut berasal dari unggahan di akun Facebooknya. Dia juga mengatakan AP Hasanuddin merupakan peneliti BRIN.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko. Foto: Muthia Firdaus/kumparan

Kepala BRIN Akan Usut

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menanggapi kabar penelitinya yang mengancam membunuh warga Muhammadiyah karena tidak sejalan dengan pemerintah terkait perbedaan penentuan Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriyah. Bila terbukti penelitinya bersalah, maka akan dilakukan tindakan.
ADVERTISEMENT
"Sebuah komentar diunggah dan menuai respons warganet. Isu semakin merebak setelah konten yang serupa juga diperbincangkan melalui platform media sosial Twitter. Percakapan tersebut diduga melibatkan sivitas Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Senin (24/4).
BRIN mencermati perkembangan isu terkait diskusi maya di media sosial tersebut. Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menyayangkan hal itu.
“Sangat disayangkan, perbedaan ini memicu isu yang kurang produktif dan disinyalir terkait dengan salah satu sivitas BRIN,” tutur Tri,
Ia menjelaskan, saat ini BRIN sedang melakukan pengecekan atas informasi dan status dari penulis komentar yang meresahkan masyarakat tersebut. Langkah konfirmasi dilakukan untuk memastikan apakah benar sivitas tersebut adalah ASN di BRIN atau bukan.
ADVERTISEMENT
“Saat ini BRIN sedang melakukan pengecekan kebenaran atas informasi. Apabila penulis komentar tersebut dipastikan ASN BRIN, sesuai regulasi yang berlaku BRIN akan memproses melalui Majelis Etik ASN, dan setelahnya dapat dilanjutkan ke Majelis Hukuman Disiplin PNS sesuai PP 94/2021,” tegasnya.
Ketua Pengarah MCCC PW Muhammadiyah Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY), Arif Jamali Muis. Foto: Dok. Muhammadiyah

Respons PWM DIY

Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, Arif Jamali Muis, menanggapi komentar AP Hasanuddin dan Prof Thomas Djamaluddin, soal perbedaan penentuan Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah.
Arif menilai pernyataan keduanya sangat provokatif dan di luar batas dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, dia menilai komentar itu bernada kebencian dan ketidaksukaan terhadap Muhammadiyah.
"Seorang ilmuwan yang bergelar jabatan akademik tertinggi profesor (Thomas Djamaluddin) dengan nada kebencian dan ketidaksukaan terhadap Muhammadiyah mengatakan Muhammadiyah organisasi yang tidak taat pemerintah," singgung Arif dalam keterangan tertulis, Minggu (24/4).
ADVERTISEMENT
"Serta ditambah pernyataan AP Hasanuddin yang sudah mengarahkan kepada kriminalitas yaitu ancaman pembunuhan. Sungguh sangat mengerikan karena bisa memancing kegaduhan bahkan perpecahan bangsa dan itu tidak boleh terjadi di negara yang berlandaskan pancasila," sambungnya.
Oleh karena itu, dia meminta polisi untuk mengambil tindakan cepat dan antisipatif sesuai Undang-undang yang berlaku. Arif juga meminta agar umat Islam tak terpancing dengan komentar negatif keduanya.
Anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2022-2027 Anwar Abbas. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan

Anwar Abbas Desak Polisi Usut

Wakil Ketua Umum MUI, Anwar Abbas, menyatakan pernyataan AP Hasanuddin merupakan tindak pidana. Oleh sebab itu, dia meminta polisi untuk mengusutnya.
"Sikap dari seorang peneliti BRIN yang mengancam akan membunuh warga Muhammadiyah terkait perbedaan penentuan 1 Syawal beberapa waktu lalu menurut saya sudah merupakan tindak pidana," kata Anwar kepada wartawan, Senin (24/4).
ADVERTISEMENT
"Oleh sebab itu karena saya tahu pihak kepolisian akan berbuat sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya sesuai dengan hukum dan ketentuan yang berlaku dalam negara Republik Indonesia," sambungnya.
Menurut dia, biarkan pihak kepolisian mengusut lebih lanjut perihal polemik ini. Ia menyebut, jika polisi konsisten dengan tugas dan jati dirinya, tentu masalah ini tak akan dibiarkan begitu saja.
"Maka saya hanya bersikap menunggu apa yang akan dilakukan oleh pihak kepolisian kepada yang bersangkutan, karena dalam keyakinan saya jika pihak kepolisian masih konsisten dengan tugas dan jati dirinya maka tentu pihak kepolisian tidak akan tinggal diam apalagi akan membiarkan hal ini berlalu begitu saja," jelasnya.
"Oleh karena itu sikap yang baik dan terbaik kita lakukan dalam masalah ini adalah mari kita tunggu dan kita serahkan sepenuhnya urusan penyelesaian masalah ini kepada pihak kepolisian," tandasnya.
Andi Pangerang peneliti BRIN yang ancam bunuh Muhammadiyah. Foto: BRIN

AP Hasanuddin Minta Maaf

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang Hasanuddin meminta maaf atas kehebohan yang dibuatnya.
ADVERTISEMENT
"Melalui surat ini memohon maaf kepada pimpinan dan warga Muhammadiyah atas komentar saya di Facebook terhadap seluruh warga Muhammadiyah di Akun Facebook tertanggal Minggu, 23 April 2023," kata Andi dalam pernyataan tertulis yang diterima kumparan, Senin (24/4).
"Komentar tersebut dikarenakan rasa emosi dan ketidakbijaksanaan saya saat melihat akun Thomas Djamaluddin diserang oleh sejumlah pihak," imbuhnya.
Dia mengaku menyesal dan meminta maaf kepada warga Muhammadiyah yang merasa tersinggung. "Saya berjanji tidak akan mengulangi perbuatan semacam ini lagi di waktu-waktu mendatang," katanya.