Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
Mantan Karo Paminal Propam Polri, Hendra Kurniawan , divonis 3 tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Eks anak buah Ferdy Sambo itu pun dihukum membayar denda Rp 20 juta subsider 3 bulan kurungan.
ADVERTISEMENT
Hakim menilai Hendra Kurniawan terbukti bersalah melakukan perintangan penyidikan atau obstruction of justice dalam pengusutan kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat.
Agus dinilai terbukti melanggar Pasal 48 jo Pasal 32 ayat (1) UU ITE juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Hal ini sebagaimana diatur dalam dakwaan pertama subsider.
"Mengadili, menyatakan Terdakwa Hendra Kurniawan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah," kata hakim membacakan vonis di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (27/2).
Perbuatan ini terkait dengan hancurnya barang bukti DVR CCTV di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan. DVR CCTV tersebut merupakan bukti peristiwa pembunuhan Yosua.
Perbuatan tersebut dilakukan Hendra bersama dengan enam polisi lainnya. Mereka adalah: Ferdy Sambo, Agus Nurpatria, Arif Rachman Arifin, Irfan Widyanto, Baiquni Wibowo, dan Chuck Putranto.
ADVERTISEMENT
Hakim menilai Hendra tak terbukti melanggar dakwaan pertama primer sebagaimana Pasal 49 juncto Pasal 33 UU ITE juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Sebab, hakim menilai DVR CCTV yang diambil tersebut tidak bisa digolongkan sebagai sistem elektronik sebagaimana yang diatur dalam Pasal 33 UU ITE.
Vonis ini sesuai dengan tuntutan jaksa yakni 3 tahun penjara.
Peran Hendra Kurniawan
Perkara Hendra Kurniawan dimulai ketika ia dihubungi oleh Ferdy Sambo usai pembunuhan Yosua yang dilakukan pada 8 Juli 2022. Yosua dieksekusi pada sekitar pukul 17.16 WIB. Hendra yang mendapatkan telepon Sambo pun bergegas ke Rumah Duren Tiga, lokasi Yosua dieksekusi. Dia tiba pukul 19.15 WIB. Saat itu Sambo merupakan atasannya selaku Kadiv Propam Polri.
ADVERTISEMENT
Kala itu, Sambo bercerita telah terjadi baku tembak antara Yosua dengan Bharada Richard Eliezer. Keduanya merupakan ajudan Sambo. Baku tembak dipicu karena Yosua melakukan pelecehan terhadap istri Sambo, Putri Candrawathi.
Dalam cerita Sambo, Eliezer mendengar jeritan Putri. Yosua yang panik keluar dari kamar Putri dan seketika menembak Eliezer yang berdiri di lantai dua dan mendengar jeritan Putri. Hingga terjadilah baku tembak.
Namun, cerita itu merupakan skenario yang sudah disiapkan Sambo untuk menutupi peristiwa yang sebenarnya. Usai mendengar cerita Sambo, Hendra sempat mendekati jenazah Yosua dan memastikan bahwa sang Brigadir telah tewas. Tak lama kemudian, ambulans datang mengangkut jenazah Yosua.
Setelah dari kediaman Sambo, Hendra bersama Benny Ali (Karo Provos Divpropam Polri) dan mantan Kaden A Biro Paminal Divisi Propam Polri, Agus Nurpatria Adi Purnama, berkumpul di kantor Divisi Propam Mabes Polri.
ADVERTISEMENT
Mereka mengumpulkan para saksi pembunuhan tersebut. Termasuk Ricky Rizal, Kuat Ma'ruf, Richard Eliezer. Sambo kemudian menyampaikan agar saksi dan bukti untuk diamankan.
Kemudian pada 9 Juli, Sambo menelepon Hendra dan mengatakan agar pengusutan kasus tersebut tidak gaduh. Sebab masalah ini terkait pelecehan terhadap Putri Candrawathi. Selain itu, Sambo memerintahkan Hendra untuk mengamankan CCTV di lokasi kejadian.
Hendra kemudian menyampaikan arahan Sambo itu kepada Kombes Agus Nurpatria selaku Kaden A Biropaminal yang meneruskannya kepada AKBP Ari Cahya alias Acay. Acay kemudian memerintahkan anak buahnya, AKP Irfan Widyanto.
Irfan Widyanto diberi tugas mengecek CCTV di sekitaran Kompleks Duren Tiga. Ia kemudian menyampaikan bahwa ada sekitar 20 CCTV di sekitar kediaman Sambo kepada Agus Nurpatria dan juga Hendra Kurniawan.
ADVERTISEMENT
Namun kemudian hanya 3 DVR CCTV yang diamankan. Dua yang berada di pos security kompleks, satu lainnya yang berada di kediaman Ridwan Rhekynellson Soplanit (Kasat Reskrim Metro Jakarta Selatan).
DVR tersebut kemudian diserahkan kepada Chuck Putranto selaku Spri Sambo. Adapun pengambilan DVR CCTV tersebut tanpa dilengkapi surat tugas maupun berita acara penyitaan. Decoder CCTV tersebut pun disimpan di bagasi mobil milik Chuck Putranto.
DVR CCTV itu sempat diserahkan kepada penyidik Polres Jaksel. Namun, tindakan Chuck itu membuat Sambo marah. Dia kemudian memerintahkan rekaman CCTV itu kembali diambil serta melihat isi rekaman tersebut.
Chuck kemudian melihat isi rekaman itu bersama tiga orang lainnya. Mereka kaget karena isinya justru berbeda keterangan dengan skenario adanya peristiwa dugaan tembak menembak antara Yosua dengan Eliezer.
ADVERTISEMENT
Salah satunya ialah skenario bahwa Sambo baru datang ke Duren Tiga setelah mendapat laporan adanya tembak menembak. Sementara dalam rekaman CCTV, tampak ketika Sambo datang, Yosua masih hidup.
Rekaman tersebut sudah pula ditonton oleh Chuck Putranto, Arif Rachman Arifin, Baiquni Wibowo dan Ridwan Rhekynellson Soplangit. Rekaman itu ditonton usai di-copy oleh Baiquni Wibowo.
Arif yang panik karena melihat rekaman itu kemudian menghubungi Hendra. Keduanya kemudian menemui Sambo dan bercerita soal isi rekaman itu.
Sambo pun kemudian meminta agar semua DVR dan decoder CCTV dimusnahkan. Selain itu, ia juga memerintahkan Hendra Kurniawan untuk memastikannya. Perintah itu pun dilaksanakan.
Baiquni kemudian sudah membersihkan file rekaman CCTV dari laptopnya. Laptop itu pun dihancurkan oleh Arif Rachman Arifin.
ADVERTISEMENT