Hensat soal Kegagalan PPP: Sandi Gabung Mepet, Tak Menonjol

21 Maret 2024 16:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bappilu PPP Sandiaga Salahuddin Uno di acara Silaturahmi dan Pemantapan Caleg DPR RI PPP di Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (11/11/2023). Foto: Hedi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bappilu PPP Sandiaga Salahuddin Uno di acara Silaturahmi dan Pemantapan Caleg DPR RI PPP di Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (11/11/2023). Foto: Hedi/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Founder KedaiKopi, Hendri Satrio alias Hensat, bicara soal kegagalan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Pileg 2024. Ia menilai bergabungnya Sandiaga Uno tidak sanggup mengangkat elektabilitas partai.
ADVERTISEMENT
Sandiaga bergabung dengan PPP pada 14 Juni 2023. Di PPP ia ditunjuk sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu).
"Kehadiran Sandi itu juga tidak maksimal, bukan hanya waktunya yang mepet tapi kemunculan dia sebagai ikon PPP yang baru misalnya, itu tidak muncul secara maksimal," kata Hensat kepada wartawan, Kamis (21/3).
Bicara soal sosok, PPP yang mengusung capres Ganjar Pranowo juga ternyata tidak mendapat kenaikan elektabilitas dari pencalonannya. Ganjar tidak memberikan efek ekor jas kepada PPP maupun partainya sendiri, PDIP.
"Bukan saja PPP, bahkan PDI Perjuangan pun tidak mendapatkan coattail effect, jadi Ganjar sendiri pun gagal memberikan coattail effect bagi PDI Perjuangan partainya, apalagi memberikan coattail effect bagi PPP," ujar Hensat.
Pengamat Politik Paramadina, Hendri Satrio. Foto: Instagram/@hendri.satrio
Tidak hanya soal sosok, kegagalan PPP di pemilu tahun ini juga karena partai tidak bisa beradaptasi untuk menggaet pemilih muda. Sehingga PPP kalah dari partai berbasis Islam lainnya seperti PKB, PAN, dan PKS.
ADVERTISEMENT
"Sebetulnya pada saat Pilpres 2019 itu sudah lampu kuning buat PPP untuk segera memperbaiki diri, tapi memang konflik internal yang terjadi, pergeseran ketua umum yang tiba-tiba kemudian masuknya calon dari luar partai atau nonkader walaupun populer masuk ke dalam partai tapi menurut saya waktunya masih terlalu mepet ya sehingga memang tidak bisa mendapatkan hasil yang bagus," jelas Hensat.
Pada Pileg 2019 PPP memperoleh 6.323.147 suara atau 4,52%. Sementara di Pemilu 2024 perolehan suaranya menurun menjadi 5.878.777 atau 3,87%. Meski terjadi penurunan, Hensat menyebut bisa jadi PPP melakukan reborn di pemilu berikutnya atau 2029.
"Jadi, ya, memang cukup rumit dan kompleks, tapi menurut saya dengan angka yang dihasilkan saat ini bukan tidak mungkin mereka bisa reborn di 2029 bila langsung melakukan pembenahan-pembenahan, misalnya ketum yang tidak lagi dijabat plt, dan kemudian merapikan agenda-agenda internal," pungkas Hensat.
ADVERTISEMENT