Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Mempekerjakan hewan sebetulnya adalah hal yang lazim. Praktik ini pun sudah dilakukan manusia sejak lebih dari 2.000 tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
"Hewan pekerja menopang kehidupan sekitar 300 juta orang di dunia," kata K. Reed, dalam bukunya Welfare of Working Animals. Hewan-hewan itu masih dipilih sebagai moda transportasi utama, baik untuk mengangkut orang maupun barang.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB menyatakan ada lebih dari 100 juta hewan pekerja di dunia. Hewan-hewan itu membantu kegiatan sehari-hari seperti transportasi, mengangkut barang, dan sebagainya.
Sementara, dalam hasil riset lanjutan yang dilakukan oleh PBB pada tahun 1996, hewan pekerja diberdayakan untuk menggarap 52 persen tanah pertanian di seluruh dunia dan menyokong kebutuhan 250 juta kendaraan yang mengandalkan tenaga hewan.
Ironinya, seiring perkembangan zaman dan ilmu kedokteran hewan, para peneliti menemukan bahwa hewan-hewan pekerja tersebut tidak selalu diperlakukan dengan baik.
ADVERTISEMENT
Hewan pekerja kerap diperlakukan secara tidak pantas oleh pemiliknya. Kesejahteraan hewan-hewan pekerja tersebut tidak terpenuhi, membuat hidupnya jauh dari kata ‘layak dan baik’.
Menurut Brooke , sebuah badan amal internasional untuk kesejahteraan hewan, definisi kesejahteraan hewan merujuk pada kondisi fisik dan mental seekor hewan. Tolok ukurnya antara lain kesehatan, kebersihan, kenyamanan kandang, jam kerja, dan makanan yang dikonsumsi.
"Hewan pekerja membantu kehidupan rakyat miskin di dunia. Meski demikian, hewan-hewan tersebut sering kali terbebani secara berlebih dan dipaksa bekerja dalam waktu yang lama dan kondisi yang keras," kata Dr. Beckhy Way, seorang peneliti dari University of Bristol, dalam sebuah rilis hasil penelitian pada Desember 2014 silam.
Kondisi hewan-hewan pekerja pun begitu miris. Berdasarkan penelitian lain oleh University of Bristol yang dilakukan terhadap 110 kuda di India dan 117 kuda di Pakistan pada Mei 2009, 98 persen kuda mengalami kelainan fisik, yakni pincang di keempat kakinya akibat kelebihan beban.
Parahnya, kelainan fisik tersebut sudah kronis terjadi di semua kuda yang menjadi obyek penelitian. Sebanyak 94 persen di antaranya bahkan mengalami penyakit sendi yang sudah parah. Akibatnya, kuda-kuda itu mengalami sakit di bagian kaki, tulang belakang, dan bagian tubuh lainnya.
ADVERTISEMENT
Ironi serupa pun ditunjukkan oleh Ramaswamy N. S. melalui bukunya yang berjudul Draught Animal Power Systems. Ia menyebutkan, 70 juta sapi tidak diurus dengan baik dan jauh dari kondisi sehat.
"70 juta sapi penarik gerobak menganggur selama 200 hari selama setahun. Selama tidak bekerja, mereka tidak diberi makan dengan cukup, baik dari segi kualitas maupun kuantitas," ujar Ramaswamy N. S.
Karena kurang asupan gizi, sapi-sapi itu mengalami malnutrisi hingga akhirnya mati. Kalaupun tidak mati, kondisi mereka menjadi sangat lemas, berujung pada hasil kerja yang tidak maksimal. Karena hasil yang dirasa tak maksimal, pencambukan pun terus dilakukan untuk mendorong mereka terus bekerja.
Gambaran kondisi tersebut mengingatkan kembali pada pencambukan kuda delman pada Kamis, 31 Agustus silam, yang terjadi di Kampung Utan, Citayam, Depok, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Dalam kejadian tersebut, terlihat kuda yang tak sanggup berdiri lagi akibat dicambuki oleh kusir. Dia tergeletak di aspal jalan--kelelahan, pula kesakitan. Dengan air mukanya yang datar, kusir begitu tega mencambuki kudanya itu, menyuruhnya bangkit dan lanjut bekerja menarik delman.
Warga menyaksikan pemandangan itu dengan miris. Sebagian dari mereka hanya terdiam. Beberapa di antaranya berusaha memberi minum kepada kuda yang kelelahan itu.
"Jangan dikasih minum!" teriak kusir yang terus mencambuki dan masih berusaha membangunkan kudanya.
Bersama beberapa pria dewasa yang membantunya, dia berusaha membangunkan kuda itu. Mereka tarik sekuat tenaga sampai akhirnya kuda itu bangkit kembali. Namun, cambuk kusir delman itu tidak berhenti memecuti kudanya.
Kejadian tersebut pun menjadi viral dan mendapat kecaman dari Garda Satwa Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Sama halnya seperti manusia, sekuat apapun apabila dipaksa kelelahan bisa saja sakit, pingsan dan terjatuh. Kemungkinan besar kuda ini tak hanya sedang lelah tapi juga sedang sakit," tulis Garda Satwa Indonesia dalam akun Instagramnya, 31 Agustus.
Itu bukan satu-satunya kejadian kuda pingsan yang terjadi di Indonesia. Sebulan kemudian, hal itu terjadi lagi. Namun kali ini, kuda tersebut akhirnya mati.
“Kami telah berusaha melakukan yang terbaik untuk kuda malang yang tidak mampu bertahan. Ia telah bekerja super keras selama bertahun-tahin di jalanan Jakarta. Setidaknya kami di sana berusaha menyelamatkannya di saat-saat terakhirnya,” tulis akun Facebook Jakarta Animal Aid Network, pada 9 November lalu.
Status Facebook itu juga menyertakan foto-foto keadaan kuda yang pingsan tersebut sebelum dia mati. Matanya lesu, kakinya patah dan berdarah. Kuda itu langsung diberi infus.
ADVERTISEMENT
“Ini ketiga kalinya kasus kuda kolaps di jalan bulan November,” tulis JAAN.
Kondisi yang begitu memprihatinkan ini sayangnya tak menyita pihak berwenang. Sandiaga Uno, Wakil Gubernur DKI Jakarta justru ingin kembali melegalkan delman. Alasannya, delman menjadi salah satu daya tarik wisata di DKI Jakarta.
Mereka menyayangkan keputusan Sandiaga yang ingin melegalkan kembali delman untuk beroperasi di Monas. Menurut JAAN, kuda-kuda penarik delman di Jakarta tidak dilengkapi dengan perawatan yang tepat dan dipekerjakan sampai mati.
“Ini kejam dan tidak perlu,” katanya.
Sebelumnya, mantan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok telah melarang delman untuk beroperasi di Monas. Alasannya, telah ditemukan parasit Strongylus di 28 dari 32 kuda penarik delman di sana--parasit ini dapat menular kepada manusia dan menyebabkan kematian.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini hanya sedikit dari potret kesejahteraan hewan pekerja yang masih kurang mendapat perhatian di Indonesia, bahkan dunia. Kejadian itu pun tidak hanya terjadi pada kuda, namun jenis hewan pekerja lain seperti keledai, bagal, gajah, hingga anjing ternak.
Menanggapi kondisi hewan yang sangat memprihatinkan, ada beberapa hal yang sebetulnya telah diupayakan untuk memperbaiki kualitas hidup dan kesejahteraan hewan pekerja.
Upaya ini bahkan telah diinisiasi sejak 1960, kala pemerintah Inggris menetapkan Lima Kebebasan untuk hewan.
Lima Kebebasan itu antara lain bebas dari rasa haus dan lapar, bebas dari rasa tidak nyaman di tempat tinggalnya, bebas dari penyakit dan cedera, bebas untuk berlaku sewajarnya hewan, dan bebas dari rasa takut dan tertekan.
ADVERTISEMENT
Seluruh poin yang tercantum dalam Lima Kebebasan hewan kemudian diterapkan secara internasional dan berlaku untuk semua spesies hewan domestik.
Dalam jurnal bertajuk Manajemen dan Kesejahteraan Hewan Pekerja: Identifikasi Masalah, Mencari Solusi, dan Antisipasi Masa Depan yang ditulis S. Abdul Rahman dan K.Reeds, masih ada banyak ruang untuk memperbaiki kesejahteraan hewan pekerja. Salah satunya, dapat melalui dokter hewan atau penyuluhan tentang perawatan hewan. Penyuluhan tersebut meliputi perawatan kaki, desain pelana, dan pemasangan peralatan lainnya.
Menurut Abdul, kesejahteraan hewan yang bekerja untuk transportasi dan penarik kendaraan sangat perlu diperhatikan. Kontribusi hewan bagi kehidupan menuntut manusia untuk bertindak lebih baik lagi guna menyejahterakannya.
Memberikan pensiun bagi hewan yang sudah berada di usia tua adalah salah satu caranya. Langkah ini diadopsi oleh Sa’id yang memberikan pensiun pada Soraya, seekor bagal yang telah 20 tahun bekerja untuknya.
ADVERTISEMENT
Soraya “dipensiunkan” karena perilakunya yang cenderung aneh, serta terdapat pembengkakan di beberapa bagian tubuhnya. Sa’id yang khawatir langsung mendatangi Spana, organisasi yang secara khusus menangani kesejahteraan hewan pekerja.
“Bagalku jadi sehat berkat mereka,” kata Sa’id, seperti dilansir Spana dalam blognya . Dia akhirnya bisa melepastugaskan Soraya dengan tenang.
Soraya, bagal berumur 20 tahun itu, sekarang dapat menikmati akhir hidupnya di padang rumput. Dia dapat beristirahat di bawah sejuknya bayangan pepohonan dan hembusan angin yang sepoi-sepoi.
Kesejahteraan hewan menjadi satu hal penting yang turut mendukung produktivitasnya dalam bekerja dan membantu manusia. Tentu, tak ada salahnya memperlakukan hewan yang membantu kehidupan manusia sehari-hari dengan cara yang layak.
===============
Simak ulasan mendalam lainnya dengan mengikuti topik Outline !
ADVERTISEMENT