Hidup Kalut Anak Jalanan yang Tergoda Rebusan Pembalut

22 November 2018 12:01 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Spesial Konten Mabuk Rebusan Pembalut (Foto: Fira Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Spesial Konten Mabuk Rebusan Pembalut (Foto: Fira Andrianto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Terkuaknya kebiasaan anak-anak jalanan di Semarang dan sekitarnya mabuk air rebusan pembalut, tak lepas dari peran psikolog Indra Dwi Purnomo. Indra, Dosen Universitas Soegijopranoto yang juga aktif mendampingi anak-anak jalanan, menemukan kejanggalan tersebut dan melaporkannya ke BNNP Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Namun setelah diselidiki ternyata tidak ada kandungan narkotika maupun psikotropika di dalam pembalut. Oleh karenanya BNN tak bisa menindak.
Terlepas dari tidak adanya kandungan tersebut, Indra menceritakan, rata-rata anak-anak itu memilih hidup di jalanan lantaran hubungan keluarga yang tak harmonis. Meski masih memiliki kedua orang tua, rata-rata mereka memilih pergi dari rumah dan hidup di jalanan. Di situlah mereka bertemu, berkumpul, dan menuangkan emosi masing-masing dengan mabuk-mabukan.
Meski faktanya masalah tak selesai, namun kebiasaan tersebut makin lama semakin dinikmati karena mampu memberi kesenangan meski sesaat.
"Mereka menyelesaikan masalah dengan cara yang beragam, salah satunya suka menyalahgunakan zat. Ada yang minum obat-obatan dan ada yang kemarin terakhir rebusan pembalut ini," ujar Indra kepada kumparan, Kamis (15/11) di Jalan Imam Bonjol, Semarang.
Psikolog Indra Dwi Purnomo (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Psikolog Indra Dwi Purnomo (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
Usia yang masih remaja membuat tingkat keingintahuan mereka begitu tinggi tanpa mempertimbangkan risiko ke depan. Maka tak heran mereka sering bereksperimen dengan hal-hal baru hingga menjadi candu.
ADVERTISEMENT
Faktor lainnya adalah ego. Mereka mudah terpancing saat ditantang teman untuk melakukan hal-hal berisiko karena ogah diejek atau dianggap lemah.
"Mereka merasa ‘kalau tidak melakukan itu saya enggak keren dan enggak gagah dibanding teman teman saya yang lainya’. Sehingga mereka pun suka bereksperimen menemukan hal-hal membuat dia merasa dipandang oleh lingkungan," urai Indra.
Melihat semakin maraknya dan berbahayanya kebiasan tersebut, Indra meminta peran pengawasan orang tua harus ditingkatkan. Anak harus diberi ruang dialog dengan orang tua agar lebih terarah dan dapat menunjukkan jati dirinya tanpa tersesat.
"Pola mendidik anak yang tepat dan mengembangkan potensi bidang yang sesuai minat anak supaya anak ini fokusnya teralihkan dengan fokus hobby-nya sehingga anak-anak tidak lari," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
----------------------------------------
Simak penjelasan lainnya dalam konten spesial dengan follow topik Mabuk Rebusan Pembalut.