Hikmahanto: Pengungsi WNA Jadi Masalah Sosial, Buka Warung- Prostitusi di Puncak

30 Juni 2024 14:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pencari suaka mendirikan tenda di bahu jalan dekat Kantor UNHCR di kawasan Setiabudi, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (28/6/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pencari suaka mendirikan tenda di bahu jalan dekat Kantor UNHCR di kawasan Setiabudi, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (28/6/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ahli hukum internasional, Hikmahanto Juwana, mengatakan polemik pengungsi Warga Negara Asing (WNA) di Indonesia sudah lama menjadi masalah sosial.
ADVERTISEMENT
“Sudah lama menjadi masalah sosial. Mereka biasanya akan pindah ke puncak. Nanti buka warung bahkan praktik prostitusi dan lain-lain,” tulisnya kepada kumparan, Minggu (29/6).
Sudah sepuluh hari para pengungsi mendirikan tenda di depan kantor United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) di Kuningan, Jakarta Selatan.
Mereka sudah beberapa kali ditertibkan, namun tetap kembali dengan harapan mendapatkan keadilan dan perhatian dari pihak UNHCR.
Menurut Hikmahanto, salah satu solusi atas permasalahan sosial ini adalah menutup kantor UNHCR di Indonesia.
Ia menilai kehadiran lembaga tersebut 'mengundang' pengungsi dari berbagai negara konflik, baik di Asia Tenggara mau pun Timur Tengah.
“Solusi sudah dicarikan tapi tidak berhasil. Maka saya katakan untuk tuntasnya masalah maka UNHCR harus ditutup,”
Tenda-tenda para pencari suaka berdiri di bahu jalan dekat Kantor UNHCR di kawasan Setiabudi, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (28/6/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Salah seorang pengungsi asal Somalia, yang enggan disebutkan namanya, mengaku dirinya telah tinggal di Indonesia selama tujuh tahun.
ADVERTISEMENT
"Saya sudah tujuh tahun tinggal di Indonesia, sebelumnya kami tinggal di Puncak," katanya yang berbicara dengan bahasa Arab kepada wartawan kumparan, Minggu (30/6).
Kini, bersama dengan pengungsi lainnya, ia mendirikan tenda di depan kantor UNHCR selama sepuluh hari terakhir.
"Kami di sini mencari keadilan," ucap dia.