Hikmahanto: RI Akhirnya Polurgi Bebas Aktif terkait Situasi Rusia-Ukraina

26 Maret 2022 14:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana. Foto: Puspa Perwitasari/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana. Foto: Puspa Perwitasari/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana mengapresiasi sikap Pemerintah Indonesia dalam menanggapi desakan negara-negara barat yang menolak kehadiran Rusia di KTT G20 di Bali.
ADVERTISEMENT
"Setelah dua kali Indonesia berpihak ke AS dan Ukraina dalam mendukung dua Resolusi Majelis Umum PBB terkait operasi khusus militer Rusia, akhirnya Indonesia menunjukkan ketidak-berpihakannya dengan merelevankan polurgi (politik luar negeri) bebas aktif," kata Hikmahanto lewat keterangannya, Sabtu (26/3).
Hikmahanto menyebut, secara implisit lewat Kemenlu, Indonesia menolak keinginan Presiden Joe Biden yang menginginkan Rusia tak hadir di G20 nanti. Sikap Indonesia yang tak mau didikte barat juga sudah sangat tepat dan sudah sesuai prosedur terhadap keanggotaan KTT G20.
"Indonesia berkeras semua anggota G20, termasuk Rusia, diundang dalam KTT bulan Nopember di Bali. Posisi Indonesia menunjukkan tidak mau didikte bahkan ditekan oleh AS," ujar Hikmahanto.
"Dalam konteks demikian, Indonesia pun menyiratkan tidak akan mempertimbangkan usulan Presiden AS yang meminta perwakilan Ukraina untuk hadir jika Rusia akan hadir. Ini karena tidak ada dalam prosedur dan aturan G20," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, tantangan Indonesia ke depan di G-20 nanti bagaimana memastikan semua kepala negara hadir di Bali. Dia menyebut, sangat perlu Indonesia memastikan tak ada aksi boikot dalam membahas program di tengah forum.
"Bahkan Indonesia perlu memastikan tidak ada upaya saling boikot oleh negara-negara anggota G20 dalam membahas berbagai program yang saat ini berlangsung, termasuk acara puncak pada KTT," imbuh Hikmahanto.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi lokasi pembangunan National Space Center di Moskow, Russia, Minggu (27/2/2022). Foto: Sergei GUNEYEV/SPUTNIK/AFP
Rektor Universitas Jenderal A Yani ini pun menyebut, Indonesia perlu mempersiapkan langkah-langkah upaya perdamaian antara Rusia dan Ukraina. Hal ini untuk kesuksesan G-20 nanti di Bali.
"Kemlu harus cepat bergerak dan memunculkan inisiatif guna terwujudnya perdamaian dan berakhirnya tragedi kemanusiaan akibat perang. Ini dilakukan juga demi suksesnya penyelenggaraan berbagai kegiatan G20 dan KTT di Bali," tandasnya.
ADVERTISEMENT