Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Kekerasan terhadap umat Islam di Sri Lanka meningkat usai serangan bom gereja pada Paskah lalu. Massa dilaporkan menghancurkan masjid-masjid, toko-toko umat Islam, dan mencari warga Muslim untuk dihakimi.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, Selasa (14/5), Sri Lanka telah menurunkan tentara dengan kendaraan berat untuk patroli di kota-kota. Pemerintah mengklaim, kondisi telah aman saat ini dengan diberlakukannya jam malam dan pemblokiran sosial media.
Konflik antaragama meletus di Sri Lanka setelah pengeboman gereja dan hotel pada Paskah lalu yang menewaskan lebih dari 200 orang. Bentrokan kebanyakan dipicu hal kecil, cekcok di Facebook misalnya.
Warga Muslim mencakup 10 persen dari 22 juta warga Sri Lanka yang mayoritas Buddha Sinhala. Kebanyakan warga Muslim ada di wilayah timur.
Sebelumnya massa anti-Muslim dilaporkan bergerak dari kota ke kota menghancurkan fasilitas umat Islam, termasuk masjid-masjid. Seorang pria Muslim tewas ditikam dalam peristiwa itu. Warga Muslim yang ketakutan bersembunyi di persawahan.
ADVERTISEMENT
"Masyarakat Muslim berkumpul di sawah terdekat, itulah mengapa tidak yang tewas," kata seorang pria di depan masjid yang kaca-kaca jendelanya hancur di kota Kottampitiya.
Dia mengatakan, massa datang ke kotanya dengan taksi atau motor. Mereka lalu menyerang toko-toko milik warga Muslim dengan batu pada Senin. Jumlah massa awalnya sekitar 200 orang, lalu membengkak menjadi sekitar 1.000 orang.
Saksi mengatakan, selain masjid ada 17 toko dan 50 rumah milik warga Muslim yang hancur.
"Penyerang datang dengan motor, bersenjatakan kayu dan pedang," kata Abdul Bari, 48, warga Muslim yang tokonya dibakar dengan bom Molotov.
Warga Muslim menyalahkan polisi yang diam saja ketika massa melakukan perusakan. "Polisi hanya melihat. Mereka ada di jalan, tapi tidak menghentikannya. Mereka meminta kami tetap di dalam," kata Mohamed Falee, 47, pemilik toko cat mobil.
Juru bicara kepolisian Sri Lanka Ruwan Gunasekera membantahnya. Dia mengatakan polisi telah membuat situasi terkendali dan pelaku akan ditangkap. Hal ini sesuai perintah Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe yang meminta pelaku kekerasan anti-Muslim dihukum berat.
ADVERTISEMENT
"Seluruh polisi telah diperintahkan melakukan tindakan tegas kepada pelaku, bahkan menggunakan tindak maksimal. Pelaku bisa dipenjara hingga 10 tahun," kata Gunasekera.