Hizbullah Sebut Kehilangan Suplai Militer dari Iran Setelah Kejatuhan Assad

15 Desember 2024 2:37 WIB
ยท
waktu baca 1 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil pemimpin Hizbullah Lebanon, Sheikh Naim Qassem, berbicara dalam sebuah wawancara dengan Reuters di pinggiran kota Beirut, 6 Juni 2022.  Foto: Aziz Taher/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Wakil pemimpin Hizbullah Lebanon, Sheikh Naim Qassem, berbicara dalam sebuah wawancara dengan Reuters di pinggiran kota Beirut, 6 Juni 2022. Foto: Aziz Taher/REUTERS
ADVERTISEMENT
Pimpinan Hizbullah, Naim Qasssem mengakui kehilangan jalur suplai militer setelah kejatuhan Suriah yang dipimpin rezim al Assad. Hizbullah yang didukung Iran, memang mengandalkan Suriah sebagai jalur suplai militernya dari Iran.
ADVERTISEMENT
"Hizbullah telah kehilangan jalur suplai militer vital lewat Suriah. Maka, perlawanan harus beradaptasi dengan kondisi yang baru," kata Naim, dikutip dari AFP, Minggu (15/12).
Pemerintahan Bashar al-Assad sendiri jatuh pada Minggu (8/12) lalu. Sang presiden menyelinap dan kabur mencari perlindungan di Moskow, Rusia.
Pemimpin kelompok Islamis Suriah Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Ahmed al-Sharaa, berpidato di Masjid Umayyah, Suriah, Minggu (8/12/2024). Foto: ABDULAZIZ KETAZ/AFP
Sebelumnya, rezim al-Assad yang dimulai dari ayahnya, Hafez al-Assad menjalin hubungan yang dekat dengan Iran. Sehingga, Suriah jadi jalur vital pengiriman senjata untuk Hizbullah yang beroperasi di Lebanon.
Sementara itu Hizbullah masih berharap semua kelompok yang berhasil menggulingkan rezim al-Assad tetap pada garis perjuangan yang lama: tidak mengakui keberadaan negara Israel.
"Kita berharap, pemerintahan baru yang mengambil kepemimpinan di Suriah tetap melihat Israel sebagai musuh, dan tidak menormalisasi hubungan dengan mereka," kata Naim.
ADVERTISEMENT