Hizbullah Tumbang, Lebanon Siap Gelar Pemilihan Presiden Usai 2 Tahun Vakum

9 Januari 2025 11:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pendukung Presiden Lebanon Michel Aoun bersorak, saat ia bersiap untuk meninggalkan istana kepresidenan di Babbda pada akhir mandatnya, di sebelah timur ibu kota Beirut, Lebanon, Minggu (30/10). Foto: Anwar Amro/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pendukung Presiden Lebanon Michel Aoun bersorak, saat ia bersiap untuk meninggalkan istana kepresidenan di Babbda pada akhir mandatnya, di sebelah timur ibu kota Beirut, Lebanon, Minggu (30/10). Foto: Anwar Amro/AFP
ADVERTISEMENT
Selepas berbulan-bulan usai jatuhnya kekuasaan Hizbullah di Lebanon, parlemen negara tersebut dijadwalkan memilih presiden pada Kamis (9/1). Sikap ini akan mengakhiri dua tahun kebuntuan politik yang memperburuk krisis keuangan dalam sejarah Lebanon.
ADVERTISEMENT
Panglima Angkatan Darat Lebanon, Joseph Aoun (60 tahun), disebut-sebut sebagai kandidat terkuat.
Pengamat menyebut ia berpeluang besar memimpin upaya pengawasan gencatan senjata di Lebanon selatan, yang kini masih rapuh sejak konflik besar dengan Israel berakhir pada November lalu.
Meski bernama belakang sama, Joseph Aoun tidak memiliki hubungan keluarga dengan mantan Presiden Lebanon dan sesama Panglima Angkatan Bersenjata Lebanon, Michel Aoun.
Panglima militer Lebanon Joseph Aoun berjalan menuju Grand Serail di Beirut pada 16 Desember 2024. Foto: ANWAR AMRO / AFP
Kekosongan jabatan presiden terjadi sejak masa jabatan Michel Aoun berakhir pada Oktober 2022.
Kekosongan jabatan ini menambah catatan panjang krisis politik di Lebanon. Sebelumnya, negara itu pernah mengalami kekosongan selama hampir 2,5 tahun antara Mei 2014 dan Oktober 2016 sebelum Michel Aoun terpilih sebagai presiden.
Sistem pembagian kekuasaan sektarian di Lebanon berdasarkan perwakilan agama kerap menjadi sumber kebuntuan politik dan prosedural.
ADVERTISEMENT
Ketegangan ini meningkat usai aliansi antara Partai Gerakan Patriotik Bebas, yang dipimpin oleh Michel Aoun, dan Hizbullah mulai retak.
Setelah masa jabatan Michel Aoun berakhir, Hizbullah mendukung Suleiman Frangieh, pemimpin Gerakan Marada, yang memiliki hubungan dekat dengan mantan presiden Suriah Bashar al-Assad.
Presiden Lebanon Michel Aoun menyampaikan pidato untuk menandai berakhirnya mandatnya, di sebelah timur ibu kota Beirut, Lebanon, Minggu (30/10). Foto: Anwar Amro/AFP
Namun, Frangieh harus bersaing dengan Joseph Aoun, yang meskipun tidak secara resmi mencalonkan diri, dianggap sebagai pesaing utama. Sementara itu, faksi-faksi yang menentang Hizbullah mengajukan kandidat lain seperti Jihad Azour.
Upaya terakhir memilih presiden pada Juni 2023 kembali gagal setelah blok yang dipimpin Hizbullah mundur dari parlemen, mematahkan kuorum setelah Frangieh kalah dalam putaran pertama suara dari Azour.
Namun, dinamika politik berubah drastis pascaperang dengan Israel, yang melemahkan posisi Hizbullah secara signifikan. Kelompok militan Syiah itu juga kehilangan pemimpin utamanya, Hassan Nasrallah.
ADVERTISEMENT
Sementara di Suriah, sekutu lama mereka, Presiden Bashar al-Assad, digulingkan pemberontak bulan lalu.

Tekanan Internasional

Menlu Prancis Jean-Yves Le Drian. Foto: Dok. Kemlu RI
Pemilihan presiden ke-13 ini dilakukan di tengah tekanan internasional yang semakin besar.
Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, dan diplomat AS, Amos Hochstein, telah mendesak para anggota parlemen Lebanon untuk memastikan pemungutan suara kali ini berhasil.
Perdana Menteri sementara Najib Mikati menyatakan optimisme menjelang sidang.
“Untuk pertama kalinya sejak jabatan presiden lowong, saya yakin Insya Allah kita akan memiliki presiden besok,” ujarnya pada Rabu (8/1), seperti dilaporkan AFP.
Utusan Arab Saudi juga melakukan kunjungan intensif, mempertegas dukungan Riyadh dan Washington terhadap Joseph Aoun.

Tantangan Besar Menanti Presiden Baru

Pendukung Presiden Lebanon Michel Aoun bersorak di luar istana kepresidenan di Babbda, di sebelah timur ibu kota Beirut, Lebanon, Minggu (30/10). Foto: Aziz Taher/REUTERS
Sesuai sistem politik Lebanon yang mengacu pada pembagian kekuasaan berdasarkan agama, presiden harus berasal dari komunitas Kristen Maronit.
ADVERTISEMENT
Untuk menang, Joseph Aoun membutuhkan dukungan dua pertiga parlemen, atau setidaknya 86 suara dari total 128 anggota.
Jika gagal, pemungutan suara akan berlanjut ke putaran kedua dengan mayoritas sederhana, yakni 65 suara.
Jika terpilih, Joseph akan menjadi panglima militer kelima yang menjabat presiden.
Namun, untuk melantik dirinya, konstitusi perlu diamandemen, mengingat saat ini aturan melarang individu yang menduduki jabatan tinggi dalam dua tahun terakhir menjadi presiden.
Tugas presiden baru akan dimulai dengan menjaga gencatan senjata di perbatasan Israel, membangun kembali wilayah yang rusak akibat konflik, hingga membentuk pemerintahan baru yang mampu menjalankan reformasi ekonomi.
Sejak 2019, Lebanon telah terjebak dalam krisis finansial, dan menurut Bank Dunia, diperburuk oleh perang Hizbullah-Israel yang menyebabkan kerugian ekonomi lebih dari USD 5 miliar.
ADVERTISEMENT