Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Hoaxbuster: Soal Vaksin mRNA Penyebab Kenaikan Kasus Varian Omicron
8 Januari 2022 12:14 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Beredar klaim terkait hasil penelitian yang menyatakan bahwa vaksin mRNA COVID-19 meningkatkan kemungkinan infeksi varian baru Omicron.
ADVERTISEMENT
Disebut ilmuwan yang pertama kali menemukan hasil penelitian tersebut berasal dari Denmark.
“Astaga. Studi ini menunjukkan bahwa tiga bulan efektivitas vaksin Pfizer dan Moderna terhadap Omicron sebenarnya negatif. Penerima Pfizer 76,5% dan Moderna 39,3% lebih berpotensi terinfeksi daripada orang yang tidak divaksinasi,” tulis cuitan tersebut.
Tweet itu menyertakan tangkapan layar data studi Denmark yang menunjukkan bahwa setelah 91-150 hari, efektivitas vaksin Pfizer dan Moderna COVID-19 terhadap varian Omicron turun di bawah nol, yang berarti lebih banyak yang divaksinasi daripada orang yang tidak divaksinasi yang terinfeksi.
Cuitan tersebut sudah di-retweet lebih dari 16 ribu kali dan tersebar di sejumlah platform media sosial.
Cek fakta
Studi yang dirujuk dalam tweet tersebut dibuat para peneliti Denmark pada 22 Desember 2021 ke medRxiv, sebuah platform online untuk laporan awal studi.
ADVERTISEMENT
MedRxiv memperingatkan bahwa studi di situsnya tidak bisa diandalkan untuk memandu praktik klinis atau perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
Studi tersebut bertujuan untuk menentukan efektivitas suntikan Pfizer dan Moderna terhadap varian Omicron hingga lima bulan setelah vaksinasi penuh.
Ia menemukan perlindungan terhadap infeksi dengan varian Omicron, tetapi efektivitas vaksin secara signifikan lebih rendah ketimbang infeksi Delta dan menurun beberapa bulan.
Disebutkan, efektivitas dapat kembali setelah dilakukan vaksinasi tambahan atau booster. Sehingga maksud temuan mereka menyoroti perlunya vaksinasi dua dosis dan vaksinasi booster.
Palle Valentiner-Branth, salah satu penulis studi tersebut menjabarkan tiga penjelasan mengapa estimasi efektivitas vaksin dalam penelitiannya bisa negatif.
"Pertama, di banyak tempat termasuk Denmark, individu yang divaksinasi diuji lebih sering daripada individu yang tidak divaksinasi, menyebabkan tingkat kejadian menjadi lebih tinggi," ungkapnya, dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
Kedua, identifikasi kasus Omicron di Denmark memungkinkan negara Nordik untuk mendeteksi individu yang terinfeksi pertama yang telah bepergian ke luar negeri dan sebagian besar telah divaksinasi.
Ketiga, perkiraan studi tentang efektivitas vaksin didasarkan pada asumsi bahwa orang yang divaksinasi dan tidak divaksinasi mengambil tindakan pencegahan yang sama terhadap COVID-19.
"Intinya adalah bahwa, setelah tiga bulan, kita membutuhkan booster,” ungkap Dan Milner, kepala petugas medis di American Society for Clinical Pathology.
Kesimpulan
Klaim varian Omicron meningkat karena vaksinasi mRNA COVID-19 adalah hoaks.