Homoseksual Sumbang 45,5% Kasus AIDS di Jabar, Tepatkah Poligami Jadi Solusi?

31 Agustus 2022 14:08 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi HIV AIDS. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi HIV AIDS. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Ide Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum soal solusi mengatasi HIV/AIDS tengah menuai polemik. Itu karena, Uu menilai poligami dan nikah muda dapat menjadi solusi untuk menekan penularan penyakit tersebut.
ADVERTISEMENT
Persoalannya, hampir setengah dari kasus AIDS di Jabar tahun ini justru ditempati oleh Homoseksual/Biseksual. Fakta tersebut dapat dilihat dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat yang dikutip kumparan pada Rabu (31/8).
Jadi, menurut data Dinkes itu, ada 200 kasus AIDS sepenjang Januari hingga Juni 2022. Sebanyak 101 kasus (50,5%) di antaranya adalah heteroseksual dan 91 kasus (45,5%) adalah homoseksual/biseksual.
Sementara itu, laki-laki tercatat paling banyak terjangkit AIDS di Jawa Barat. Dinkes Jabar mencatat ada 156 laki-laki (82%) yang terjangkit virus tersebut. Sedangkan perempuan mencapai 44 orang (18%).
Lebih lanjut, jenis pekerjaan yang paling banyak terjangkit AIDS di Jabar adalah Wiraswasta, yaitu 33 kasus (25,78%). Diikuti oleh Ibu Rumah Tangga 19 kasus (14,84%), serta anak sekolah/mahasiswa 9 kasus (7,03%)
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, penolakan terhadap usulan poligami sebagai solusi juga sudah dilayangkan Sekretaris MUI Jabar Rafani Achyar. Ia menyebut poligami bukanlah solusi lantaran penularan HIV/AIDS justru marak disebabkan hubungan bebas yang dilakukan anak muda yang belum menikah.
"Bukan solusi, bahkan untuk yang sudah menikah juga bukan solusi," kata dia melalui sambungan telepon pada Selasa (30/8).
Di sisi lain, sambung Rafani, poligami bagi warga yang sudah menikah pun memerlukan syarat salah satunya adalah kemampuan ekonomi. Menurut dia, di saat situasi ekonomi dunia yang sedang porak-poranda alangkah tak bijak menyarankan untuk melakukan poligami. Untuk menafkahi satu keluarga saja, seseorang sedang kesulitan.
"Orang sekarang jangankan poligami tapi menghidupi satu keluarga saja repot. Coba sekarang kan krisis ekonomi dan keuangan secara global, inflasi sekarang sudah nyaris tidak terkendali, tiba-tiba ada anjuran poligami, dari mana itu? Kalau saya sih realistis saja," kata dia.
ADVERTISEMENT
Laporan: Tri Vosa Ginting