Hong Kong Islamic Youth Association, Sarana Berekspresi Remaja Muslim

29 April 2018 16:33 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana kantor Hong Kong Islamic Youth Association (Foto: Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana kantor Hong Kong Islamic Youth Association (Foto: Dok. Pribadi)
ADVERTISEMENT
Menjadi seorang muslim di negara seperti Hong Kong, bukanlah suatu hal yang menakutkan. Meski umat muslim masih menjadi minoritas, Hong Kong memiliki sejarah mengenai toleransi antarumat beragama yang kental, sehingga praktik diskriminasi sangat jarang ditemukan di sini.
ADVERTISEMENT
Berbicara mengenai toleransi, semuanya tak terlepas dari beberapa organisasi dan komunitas muslim yang tak henti-hentinya mensosialisasikan pengetahuan mengenai Islam itu sendiri ke masyarakat Hong Kong. Salah satu yang paling terkenal memiliki semangat tersebut adalah Asosiasi Komunitas Muda Islam Hong Kong (Hong Kong Islamic Youth Association/HKIYA), yang berkantor di Masjid Ammar and Osman Ramju Sadick Islamic Centre, Jalan Salvation Army, di kawasan Wanchai, Hong Kong.
Suasana kantor Hong Kong Islamic Youth Association (Foto: Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana kantor Hong Kong Islamic Youth Association (Foto: Dok. Pribadi)
"Organisasi HKYIA sudah berdiri selama 45 tahun, merupakan salah satu dari enam organisasi muslim resmi yang terdaftar di pemerintahan Hong Kong," kata Sharifa, Bendahara Asosiasi Komunitas Muda Islam Hong Kong kepada jurnalis dalam kunjungannya bersama Hong Kong Travel Board, Jumat (27/4).
"Awalnya kami hanya sebuah organisasi kecil yang melakukan berbagai kegiatan anak muda, seperti olah raga cricket, rugby dan lainnya. Sampai akhirnya kami merasa membutuhkan wadah untuk mendukung kegiatan warga muslim," imbuh dia.
Sharifa, Asosiasi Komunitas Muda Islam Hong Kong (Foto: Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Sharifa, Asosiasi Komunitas Muda Islam Hong Kong (Foto: Dok. Pribadi)
Sharifa mengatakan, ada sekitar 300 ribu penduduk muslim di Hong Kong yang berasal dari berbagai negara, seperti Indonesia, Pakistan, Mesir, India, Turki, hingga China. Mereka membutuhkan layanan untuk keluarga terutama pendidikan anak-anak.
ADVERTISEMENT
"Dan karena alasan inilah kami merasa harus mematahkan kesenjangan sosial untuk warga muslim," kata dia.
Banyak kegiatan yang telah dilakukan HKIYA, khususnya untuk pengembangan pendidikan anak muda muslim di Hong Kong. Selain mendukung pembangunan taman kanak-kanal dan sekolah dasar muslim, mereka juga mengadakan kegiatan ekstrakurikuler dan perkemahan musim semi.
Sharifa, Asosiasi Komunitas Muda Islam Hong Kong (Foto: Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Sharifa, Asosiasi Komunitas Muda Islam Hong Kong (Foto: Dok. Pribadi)
"Hal ini membantu mereka (siswa muslim) tertarik untuk mempelajari bahasa China. Karena di Hong Kong, bahasa utama yang dipakai di sekolah adalah bahasa Inggris dan Kanton. Sementara untuk mereka yang bukan orang China asli, tentunya sulit untuk mempelajari bahasa China dan setelah pulang sekolah, anak-anak pergi ke madrasah," jelas Sharifa.
KHIYA juga mengadakan kegiatan rutin selama bulan Ramadhan, namun bukan untuk menyediakan menu berbuka dan sebagainya. Organisasi ini benar-benar fokus pada pengembangan kreatvitas anak muda, seperti mengadakan pementasan drama pendek, atau membuat video berdurasi 2 menit yang bertemakan kekalutan yang harus diketahui orang-orang non-muslim di Hong Kong.
ADVERTISEMENT
"Fokus kami sekarang adalah memberitahu mereka yang non-muslim bagaimana berinteraksi dengan orang muslim di Hong Kong," ucapnya.
Suasana kantor Hong Kong Islamic Youth Association (Foto: Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana kantor Hong Kong Islamic Youth Association (Foto: Dok. Pribadi)
"Dan saat ini kami juga sedang menyiapkan ulang tahun kami yang ke-45 yang akan berlangsung sebentar lagi. Kami mengadakan kampanye 'Smile Charity' minggu lalu dengan kami seperti melakukan dakwah di jalan. Ini kampanye yang sangat mudah, menyuarakan kepada semua orang, senyum adalah amal. Bahkan jika kalian menawarkan uang, senyuman sudah bisa memberikan sesuatu yang berharga," sambung Sharifa.
Sebagai warga keturunan China yang beragama muslim, Sharifa tak pernah merasakan diskriminasi dari penduduk lokal karena mereka berbeda agama. Hong Kong, menurutnya merupakan salah satu negara yang sangat menghargai perbedaan, sehingga mereka tak peduli dengan kepercayaan yang dianut.
ADVERTISEMENT
Suasana kantor Hong Kong Islamic Youth Association (Foto: Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana kantor Hong Kong Islamic Youth Association (Foto: Dok. Pribadi)
"Semua orang di sini tidak peduli, apakah saya seorang muslim atau bukan. Mereka tidak akan memberikan pandangan aneh atau negatif. Bahkan beberapa orang muslim di sini juga berhijab. Hong kong amat sangat bersahabat bagi warga muslim.Tapi kalau masalah makanan halal atau tempat ibadah untuk muslim travelers, di Hong Kong memang belum cukup memadai," ungkap Sharifa.
Suasana kantor Hong Kong Islamic Youth Association (Foto: Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana kantor Hong Kong Islamic Youth Association (Foto: Dok. Pribadi)
"Kalian bisa salat di masjid, kami punya 6 masjid di Hong Kong di beberapa tempat berbeda. Hong Kong juga negara yang aman dikunjungi oleh wisatawan muslim, kalian tidak akan menerima tatapan atau ujaran kebencian dari penduduk lokal," tutur dia.
Dengan kata lain, HKIYA bukanlah organisasi muslim yang mengajak orang Hong Kong untuk berpidah agama, melainkan untuk memberikan pemahaman mengenai kehidupan muslim.
Suasana kantor Hong Kong Islamic Youth Association (Foto: Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana kantor Hong Kong Islamic Youth Association (Foto: Dok. Pribadi)
"Misalnya ketika orang Hong Kong menyediakan banyak makanan, tapi orang muslim tidak memakannya. Jadi mereka harus menyediakan makanan halal untuk kawan-kawan muslim. Itu salah satu pengetahuan paling dasar ketika mereka bekerja/berinteraksi dengan orang muslim," beberpnya.
ADVERTISEMENT
Namun ada beberapa hal yang mengganjal, khususnya ketika anak muda muslim Hong Kong memasuki dunia kuliah dan kerja. Meski toleransi antarberagama sudah cukup tinggi, ada beberapa tempat yang menganjurkan karyawannya untuk tak mengenakan hijab.
Suasana kantor Hong Kong Islamic Youth Association (Foto: Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana kantor Hong Kong Islamic Youth Association (Foto: Dok. Pribadi)
"Banyak muslim masuk perguruan tinggi. Bahkan sebagian di antara mereka juga mengenakan hijab saat pergi ke kampus. Tapi ada juga beberapa tempat kerja yang tidak memperbolehkan wanita muslim mengenakan hijab. Pria-pria muslim biasanya lebih mudah, mereka bisa beribadah di mana saja termasuk di ruang kerja," jelas dia.
"Jadi buat anak-anak muda tidak sulit untuk hidup di Hong Kong. Tapi kalau di lingkungan kerja mungkin agak sedikit sulit, terutama kalau beberapa dari mereka pendidikannya rendah dan mereka tidak bisa membaca bahasa mandarin atau kanton," kata Sharifa.
Menu makanan di Islamic Centre Canteen (Foto: Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Menu makanan di Islamic Centre Canteen (Foto: Dok. Pribadi)
Dalam kesempatan ini, kamu juga berkesempatan untuk mencicipi hidangan di Islamic Centre Canteen, yang terletak di lantai 5 KHIYA. Restauran dengan spesifikasi menu makanan tradisional China ini memang sudah mendapatkan sertifikasi halal dari pemerintah setempat. Sehingga warga muslim Hong Kong tak perlu ragu mencicipi Dim Sum, Xiao Long Bao, hingga Siu May andalan kanten ini, karena 100 persen halal.
Menu makanan di Islamic Centre Canteen (Foto: Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Menu makanan di Islamic Centre Canteen (Foto: Dok. Pribadi)
Lantas, bagaimana prosedur hingga kantin ini bisa menerima sertifikasi halal?
ADVERTISEMENT
"Para pengurus yayasan muslim di Hong Kong mereka yang bertanggung jawab untuk menentukan sertifikasi halal pada semua makanan dan minuman. Ada yang bertugas melakukan pengecekan halal di dapur hotel (karena sudah ada beberapa hotel yang menyediakan makanan halal) atau juga di kafe," jelasnya.
Menurut Sharifa, halal sudah pasti adalah makanan. Namun KHIYA merasa harus memberikan pemahaman mengenai pengertian halal yang sebenarnya. Karena menurut Sharifa, kalau makanannya dianggap halal namun di sekitarnya menyediakan makanan non-halal, maka tak dapat disebut halal.
Menu makanan di Islamic Centre Canteen (Foto: Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Menu makanan di Islamic Centre Canteen (Foto: Dok. Pribadi)
"Tapi di beberapa restoran lokal tampaknya mereka belum paham tentang arti 'halal'. Ketika kita bilang 'apakah ini (mengandung) babi?' mereka akan bilang 'tidak ada', hanya itu. Jelly misalnya, jelly tidak mengandung babi, tapi mereka tidak tahu kandungan dari gelatinnya. Jadi mereka belum tahu kalau 'halal' ternyata lebih kompleks dari itu," kata dia.
ADVERTISEMENT