Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Hong Kong Temukan Dua Kasus Varian Baru Corona B.1.1.529
26 November 2021 9:48 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Straits Times, Pusat Perlindungan Kesehatan (Centre for Health Protection, CHP) Hong Kong mengidentifikasi dua kasus B.1.1.529.
Yang pertama adalah seorang pria berusia 36 tahun, disebut dengan “Kasus 12388”. Ia berada di Afsel sekitar tiga pekan, yakni dari 22 Oktober hingga 11 November.
Sebelum keberangkatan dari Hong Kong ke Afsel, hasil tes PCR pria ini negatif. Pun dengan hasil tes pada saat kembali ke Hong Kong.
Namun pada 13 November, hasil tes corona pria tersebut positif. Saat itu, ia tengah menjalani karantina di Regal Airport Hotel. Pria ini kemudian menularkan kepada satu orang lainnya yang dikarantina di kamar sebelah.
The Washington Post melaporkan, kasus kedua itu adalah pria berusia 62 tahun yang baru tiba dari Kanada. Dalam keterangan CHP, ia disebut sebagai “Kasus 12404”.
ADVERTISEMENT
Dalam keterangan resmi CHP, pemeriksaan whole genomic sequencing oleh University of Hong Kong menunjukkan kedua kasus itu memiliki urutan genetik yang serupa. Virus tersebut tergolong ke dalam varian B.1.1.529.
“Urutan genom keduanya serupa dengan yang ditemukan di Afrika Selatan dan Botswana, mendukung bahwa kasus 12388 yang tiba di Hong Kong dari Afrika Selatan adalah kasus indeks (penunjuk),” tulis CHP dalam keterangannya pada Kamis (25/11), dikutip kumparan.
Menurut CHP, B.1.1.529 ini diklasifikasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai “Varian di Bawah Pengawasan” (Variants under Monitoring).
“CHP akan mengawasi perkembangan terbaru dari varian ini,” ujar CHP.
Media Hong Kong RTHK melaporkan, pasien pertama diketahui menggunakan masker sekali pakai yang dilengkapi dengan katup udara.
ADVERTISEMENT
Investigasi lanjutan oleh ahli mikrobiologi University of Hong Kong, Yuen Kwok Yung, mengatakan masker itu memberi jalan untuk virus B.1.1.529 menyebar lewat udara. Alhasil, pria kedua terinfeksi.
Menyusul terdeteksinya dua kasus itu, 12 orang yang dikarantina di tiga kamar terdekat harus dipindahkan ke lokasi karantina lain.
Sejauh ini, belum ada lagi infeksi COVID-19 baru yang berkaitan dengan dua kasus pertama B.1.1.529.
Apa Itu Varian Corona B.1.1.529?
Varian baru B.1.1.529 ternyata pertama ditemukan di salah satu negara Afrika, Botswana. Kemudian, varian ini ditemukan menyebar di Afsel oleh ilmuwan di Institut Nasional Penyakit Menular (NICD). Kabar ini disampaikan pada Kamis (25/11).
Saat ini, telah ditemukan 22 kasus varian B.1.1.529 di Afsel. Ilmuwan saat ini masih terus mempelajari varian baru tersebut.
Yang membuat varian ini cukup mengkhawatirkan adalah mutasinya yang berjumlah jauh lebih banyak dibandingkan varian corona Delta. Varian Delta pertama ditemukan di India dan kini merebak di dunia, memicu lonjakan kasus di hampir seluruh wilayah.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari The Guardian, B.1.1.529 memiliki 32 mutasi pada protein spike. Protein spike adalah bagian dari virus yang digunakan dalam vaksin untuk memperkuat imun sistem manusia terhadap COVID-19.
Protein spike sendiri merupakan bagian terluar virus yang bentuknya seperti paku, dan dipakai SARS-CoV-2 untuk masuk ke dalam sel manusia.
Mutasi pada protein spike dikhawatirkan dapat mempengaruhi kemampuan virus dalam menginfeksi sel-sel dan memungkinkan virus untuk lolos dari antibodi yang dibentuk oleh vaksin.
Kendati demikian, para ilmuwan masih terus mempelajari varian baru ini untuk mencari tanda-tanda apakah ia bakal menyebar lebih luas atau tidak.
Inggris Langsung Waspada
Merespons penyebaran B.1.1.529 di Afsel, Inggris langsung gerak cepat.
Mereka melarang sementara penerbangan dari enam negara Afrika: Afsel, Namibia, Botswana, Zimbabwe, Lesotho, dan Eswatini. Aturan ini akan berlaku mulai Jumat (26/11) pukul 12 siang waktu setempat.
ADVERTISEMENT
Bagi warga negara Inggris yang hendak kembali dari negara-negara itu, mereka diwajibkan untuk menjalani karantina setibanya di Inggris.
Menteri Kesehatan Inggris, Sajid Javid, mengatakan masih diperlukan lebih banyak data lagi untuk memahami varian baru virus corona ini. Studi lab perlu dilakukan untuk menilai kemungkinan mutasi tersebut menyebabkan penurunan efikasi vaksin yang sangat besar.
Tetapi yang pasti, pembatasan perjalanan sangat diperlukan sebagai bentuk pencegahan.
Pemerintahan Inggris diminta untuk mengambil keputusan dengan cepat, jika kekhawatiran soal dampak varian baru itu benar terbukti.