Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Semenjak Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu, Negeri Beruang Merah banjir kecaman dunia. Barat menjatuhkan sanksi ekonomi sebagai konsekuensi tindakan Rusia.
Barat bahkan meminta Rusia dikeluarkan dari keanggotaan G20. Alih-alih keluar Rusia malah hadir dalam berbagai pertemuan G2o yang pada 2022 diketuai oleh Indonesia.
Oleh sebab itu, saat Lavrov dikabarkan mendarat di Bali negara Barat langsung bereaksi. Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan, Rusia tidak boleh diizinkan menggunakan pertemuan G20 sebagai platform aksi perangnya di Ukraina.
"Adalah kepentingan kita semua untuk memastikan bahwa hukum internasional dihormati dan dipatuhi. Itu adalah kesamaan," kata Baerbock dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters.
Menlu AS Antony Blinken mengambil sikap lebih keras. Ia menegaskan, tidak akan mau bertemu secara langsung dengan Lavrov di Bali.
ADVERTISEMENT
Pertemuan antar Menlu negara anggota G20 di Bali merupakan pertama kalinya, Lavrov berhadapan dengan negara-negara pengkritik aksi Rusia di Ukraina.
Meski Rusia dihujani kritik, beberapa negara anggota G2o seperti Indonesia, China, India dan Afrika Selatan memilih netral.
Hanya saja, sikap netral itu turut menghadapi tekanan. Sejumlah pejabat Barat menegaskan kehadiran Rusia di G20 Bali membuat pertemuan ini tidak lagi normal, seperti pertemuan sebelum invasi.
Melihat begitu kontroversial kehadiran Lavrov, Pemerintah Rusia seakan tak mau ambil pusing. Kantor berita Tass menegaskan, Lavrov tetap dijadwalkan bertemu sejumlah mitra G20 di sela pelaksanaan forum.
Penulis: Sekar Ayu.