Hujatan kepada Bowo Bentuk Ketidakdewasaan Netizen

12 Juli 2018 9:51 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bowo Tik Tok (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bowo Tik Tok (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Hujatan demi hujatan bermunculan kepada Prabowo Mondardo alias Bowo Alpenliebe. Artis Tik Tok itu di-bully dengan beragam alasan, dari pemakaian filter aplikasi hingga tuduhan menipu di acara meet and greet.
ADVERTISEMENT
Dari situ, muncul beberapa orang yang mengidentifikasikan dirinya sebagai haters Bowo. Mereka menghujat dengan narasi yang ringan (guyon) hingga berat dan cenderung memaki. Usia mereka pun beragam, dari anak, remaja, dan dewasa datang menghujat Bowo.
Melihat fenomena tersebut, psikolog anak Elizabeth T. Santosa, menyebut hujatan yang diberikan kepada Bowo sebenarnya tidak menyelesaikan masalah atau nihil solusi.
“Hujatan kepada Bowo adalah ketidakdewasaan netizen dalam mengidentifikasi masalah. Karena hujatan kepada Bowo tidak solutif, tidak memberikan jalan keluar. Kalau dia melanggar lapor polisi, kalau mau menyalahkan lihat usia, kalau usianya di bawah UU Perlindungan Anak, perilakunya kita juga persalahkan kepada orang tua,” kata Elizabeth kepada kumparan, Jumat (6/7).
Bowo Tik Tok bersama Ibunya (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bowo Tik Tok bersama Ibunya (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Menurut Elizabeth, netizen sebenarnya dapat memberikan kritik kepada Bowo jikalau benar terbukti bersalah. Namun, satu hal yang perlu diperhatikan, cara mengeritik pun harus dilakukan dengan sikap yang baik.
ADVERTISEMENT
Pada usianya yang baru 13 tahun, orang tua menjadi pihak yang paling bertanggung jawab bila Bowo memang melakukan sesuatu yang salah.
Sementara itu, hujatan yang diberikan tentu memiliki dampak bagi penerimanya. Dari keterangan Elizabeth, masing-masing individu memiliki respons yang berbeda dalam menerima kritik.
“Tergantung mentality, hujatan, makna hujatan,” sebut Elizabeth.
Di kasus Bowo ini, karena tak kuasa menahan hujatan, Bowo memutuskan untuk keluar sekolah dan memilih homeschooling. Ibunya pun keluar dari pekerjaan dan memilih untuk mendampingi Bowo.
Mereka yang terbuai fantasi
Haters menghujat, fans Bowo pun bersuara. Mereka membela idolanya itu dan meminta para haters untuk menghentikan hujatan.
Bila dilihat, fans Bowo jumlahnya luar biasa banyak. Pengikut Bowo di Instagram hampir 600 ribu, padahal Bowo populer belum lama ini. Mayoritas di antara mereka adalah anak dan remaja.
ADVERTISEMENT
“Fenomena ini totally normal. Normal dalam artian tumbuh kembang psikologis anak remaja,” terang Elizabeth.
Bowo Tik Tok (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bowo Tik Tok (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Mayoritas fans Bowo adalah mereka yang masih bergulat mencari identititas. Mereka sedang berusaha untuk bisa diterima di komunitas dewasa.
“Mereka mengasosiasikan identitasnya sama seperti role modelnya. Role model itu bisa siapa dari semua kalangan. Bisa niru siapa pun. Itu makanya saya bilang sangat sangat normal, mau Tik Tok, Justin Bieber pertama kali booming whatever it is, it’s totally normal,” jelas Elizabeth.
Namun, suatu hal yang normal tersebut akan menjadi bumerang kala para fans menjadi lalai akan tanggung jawab dan terbuai akan fantasi.
“Pola pikirnya misalnya jadi malas belajar, kebayanginnya pagi siang malam si Bowo,” ucap elizabeth.
ADVERTISEMENT
Terus mengejar fantasi dan lupa kewajiban adalah PR bagi setiap orang tua dalam menghadapi anak-anak mereka. Maklum saja, dalam kacamata psikologi memperlakukan remaja adalah perihal yang susah-susah gampang.
“Kalau saya dari psikolog ini bisa ditangani. Tapi sebagai orang tua, saya akan katakan sulit dalam artian susah-susah gampang. Dibilang susah ya enggak, mudah juga enggak. Its not easy karena mereka labil, ngetest kita punya kesabaran juga apa enggak, susah-susah gampang lah,” ungkap Elizabeth.
Idola Tik Tok Menangis (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Idola Tik Tok Menangis (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Terlepas dari itu, pengawasan terhadap anak sudah menjadi kewajiban setiap orang tua. Nilai-nilai yang baik sudah harus diberikan kepada anak sedari kecil, tepatnya sebelum menginjak usia remaja.
Jangan sampai, ketika anak sudah terbuai fantasi, pendekatan baru dilakukan. Pendekatan yang intens dan baik pada dasarnya akan memperkecil peluang anak terbuai fantasi terhadap idola secara berlebih dan lalai terhadap kewajiban.
ADVERTISEMENT
-----------------------------------------------------------------------
Simak ulasan selengkapnya mengenai Bowo dan Tik Tok di topik Idola Tik Tok Menangis.