I Can't Breathe: Membela George Floyd, Memprotes Kebrutalan Polisi

1 Juni 2020 8:36 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aksi protes atas kematian George Floyd oleh polisi Minneapolis, di New York, AS. Foto: REUTERS/Caitlin Ochs
zoom-in-whitePerbesar
Aksi protes atas kematian George Floyd oleh polisi Minneapolis, di New York, AS. Foto: REUTERS/Caitlin Ochs
ADVERTISEMENT
Lagi. Pria kulit hitam di Amerika Serikat mati di tangan polisi.
ADVERTISEMENT
George Floyd (46) ditangkap di jalanan Minneapolis atas tudingan menggunakan uang palsu saat membeli barang di supermarket. Floyd diborgol, dicekik di aspal dengan lutut aparat. "I can't breathe!" kata-kata terakhir keluar dari mulut Floyd.
Warga sekitar yang merekam aksi keempat polisi itu memerintahkan agar mereka melepaskan Floyd. Alih-alih dilepas, cekikan Derek Chauvin--polisi yang memiting Floyd--dalam video yang beredar nampak semakin erat. Floyd meregang. Ia dilarikan ke rumah sakit dan nyawanya terlambat diselamatkan.
“Saya merasa seperti bermimpi. Tiba-tiba pandangan saya kosong. Ini momen terberat buat saya,” ujar adik Floyd, Bridgett, dalam tayangan TV di AS seperti dikutip dari ABC7.
Kendati masih dalam penyelidikan FBI, Kepolisian Minneapolis memutuskan untuk memecat keempat polisi itu; Chauvin, Thomas Lane, Tou Thao, dan J Alexander Kueng.
ADVERTISEMENT
“Mereka membunuh kakak saya. Mereka (pihak berwenang) harus memberikan hukuman lebih besar kepada keempat orang ini. Tidak cukup dengan hanya memecat mereka,” kata Bridgett.
Polisi tidak menemukan adanya senjata yang dibawa Floyd. Kesimpulan sementara, Chauvin dkk dinilai telah menggunakan kekerasan berlebihan yang tidak menjunjung nilai HAM dalam mengatasi kejahatan non-kekerasan.
"Mantan polisi Minneapolis, Derek Chauvin kini, ditahan. Chauvin telah didakwa dengan pembunuhan," kata jaksa wilayah Hennepin, Mike Freeman, dilansir AFP, Sabtu (30/5).
Aksi protes atas kematian George Floyd oleh polisi Minneapolis, di New York, AS. Foto: REUTERS/Shannon Stapleton
Pembunuhan Floyd dan kekerasan terhadap warga kulit hitam yang terus berulang memicu amarah dunia. Masyarakat turun ke jalan, tak peduli dengan virus corona yang telah menjangkiti 1,8 juta warga Amerika Serikat.
"Black Lives Matter" dan "I Can't Breathe" menjadi slogan yang dibawa para pendemo saat berunjuk rasa di jalanan Minesotta. Slogan ini untuk memprotes kebrutalan polisi atas aksi rasialisme yang selalu terjadi.
Pengunjuk rasa saat aksi protes atas kematian George Floyd oleh polisi Minneapolis di Columbia, South Carolina, AS, 30 Mei 2020. Foto: REUTERS/Sam Wolfe
Aksi di Minneapolis terus berlanjut dan berujung bentrok. Massa melempari botol dan benda-benda lainnya. Polisi membalas dengan menembakkan gas air mata dan peluru kantung biji-bijian ke arah massa. Pos dan mobil polisi habis dibakar, suasana kian mencekam.
ADVERTISEMENT
Bahkan polisi juga terlibat bentrok dengan jurnalis. Wartawan CNN diborgol dan ditangkap di tengah-tengah siaran langsung. Dalam live CNN tersebut, terlihat reporter, Omar Jimenez, dan kru tidak mematikan siaran live-nya.
"Seorang reporter CNN dan tim produksinya ditahan pagi ini di Minneapolis karena melakukan pekerjaan mereka, walau telah mengidentifikasi diri mereka, ini adalah pelanggaran dari hak Amandemen Pertama. Pemerintah Minnesota, termasuk Gubernur, harus membebaskan tiga wartawan CNN itu secepatnya," ujar pernyataan CNN.
Polisi menangkap reporter CNN saat meliput aksi protes di Minneapolis, AS. Foto: CNN via Reuters
Bahkan dua kameramen dari Reuters juga terkena tembakan peluru karet dari polisi yang hendak menghalau massa. Sebelum tertembak, juru kamera, Julio-Cesar Chavez, tengah mengambil gambar kerumunan massa di barat daya Minneapolis. Tiba-tiba, seorang polisi langsung membidik senjata ke arahnya.
ADVERTISEMENT
Di kota Atlanta, demonstran dan polisi terlibat bentrok di depan kantor CNN. Beberapa jendela pecah, sejumlah kembang api bahkan dilempar ke dalam gedung. Untuk meredam demonstrasi, polisi telah menerapkan jam malam di berbagai wilayah, seperti di LA hingga Atlanta lantaran ada aksi penjarahan.
Aparat bersiap untuk memadamkan api akibat kerusuhan pada aksi protes atas kematian George Floyd oleh polisi Minneapolis, di Manhattan, New York, AS. Foto: REUTERS/Andrew Kelly
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, akan mengerahkan militer untuk meredam demo. Trump meminta pemerintah daerah bertindak lebih keras agar kericuhan tidak semakin meluas.
"Gubernur dan Wali Kota Liberal harus lebih keras atau Pemerintah Federal bertindak untuk melakukan apa yang semestinya dilakukan," ujar Trump.
"Tindakan termasuk menggunakan kekuatan tak terbatas dari militer kami dan melakukan banyak penangkapan," sambung dia.
Para pengunjuk rasa berkumpul di dekat kantor polisi Minneapolis, memprotes kematian pria Afrika-Amerika George Floyd di Minneapolis, Amerika Serikat. Foto: Reuters/ADAM BETTCHER
Para pengunjuk rasa berkumpul di dekat kantor polisi Minneapolis, memprotes kematian pria Afrika-Amerika George Floyd di Minneapolis, Amerika Serikat. Foto: Reuters/ADAM BETTCHER
Sebelumnya, Trump ingin mengerahkan 5.000 personel militer Garda Nasional di Minneapolis. "Tindakan termasuk menggunakan kekuatan tak terbatas dari militer kami dan melakukan banyak penangkapan," sambung Trump.
ADVERTISEMENT
Namun kabar terbaru, Gedung Putih belum mau mengintervensi penegakan hukum yang masih menjadi otoritas masing-masing wilayah.
"Pengiriman pasukan Garda Nasional belum berlaku secara federal untuk saat ini. Namun jika diperlukan, kami memiliki kekuatan militer yang siap dikirim, hanya dalam kondisi gubernur dan wali kota setempat tidak mampu mengontrol situasi," kata penasihat presiden terkait isu keamanan, Robert O'Brein.
---
ADVERTISEMENT
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.