IAI: Kasus Gangguan Ginjal Multi Faktor, Tak Minum Obat Sirop Bisa Kena

22 Oktober 2022 15:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Gangguan Ginjal pada Anak.
 Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gangguan Ginjal pada Anak. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Juru bicara Dewan Pakar Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Prof Keri Lestari, menyebut kasus gangguan ginjal akut progresif kemungkinan disebabkan oleh lebih dari satu faktor atau multi faktor.
ADVERTISEMENT
Artinya, bukan saja disebabkan oleh obat sirop yang diduga terkandung Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG).
"Ini multi faktor [karena] ada kasus nggak minum obat tapi kena gagal ginjal. Terakhir ada info ada anak yang tidak mengkonsumsi tapi mengalami gagal ginjal akut, itu dari Jogja," ungkapnya dalam diskusi virtual yang digelar Trijaya FM, Sabtu (22/10).
Guru Besar Bidang Farmakologi dan Farmasi Klinik, Universitas Padjadjaran, Prof. Keri Lestari. Foto: Facebook/Keri Unpad
Keri menekankan untuk tidak hanya fokus pada satu penyebab keracunan pada anak yakni dari obat yang dikonsumsi, namun juga interaksi obat itu sendiri dengan hal-hal di luar obat.
"Kita harus lihat hal-hal lain terjadinya keracunan, bisa karena single drug atau interaksi obat. PR nya memang masih panjang. Intinya dari sisi kedaruratan, kami rasa yang dilakukan Kemenkes untuk menarik obat sirop sudah benar," terangnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Dekan Farmasi ITB Profesor I Ketut Adnyana menegaskan adanya pengaruh asupan makanan anak dengan gangguan ginjal akut.
"Sangat ada pengaruh, produk gliserol dan gliserin ini ada di produk-produk pangan, yang food grade dan pharmaceutical grade. Kalau food grade tidak bisa digunakan di produk farmasi. Jadi bisa terjadi dari asupan makanan," ungkap Ketut.
Menurutnya, apabila seorang anak mengkonsumsi obat dengan senyawa EG dan DEG sesuai ambang batas namun tetap menderita gangguan ginjal, tidak menutup kemungkinan makanan yang dikonsumsi menjadi pemicu terjadinya penyakit tersebut.
"Ketika dia mengkonsumsi obat ini dan dalam ambang batas, tapi ketika dia asupan pangan ada di situ, lalu ada infeksi terjadi. Jadi sangat mungkin interaksi obat antar obat, obat dengan makanan dan obat dengan kondisi patologis memicu kasus seperti ini," paparnya.
ADVERTISEMENT
Saat ini BPOM, Kemenkes dan perusahaan farmasi tengah mengecek dan mencari tahu bahan baku yang ada di obat-obatan yang beredar.
Untuk sementara waktu, Kemenkes menginstruksi tenaga kesehatan untuk tidak meresepkan obat cair dan meminta fasilitas kesehatan tidak menjual obat dalam bentuk sirop.