Ibas Kritik Harga Kedelai dan Minyak Goreng Naik: Pemerintah Harus Beri Solusi

24 Februari 2022 1:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Fraksi Demokrat DPR Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Fraksi Demokrat DPR Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR Edhie Baskoro Yudhoyono menyoroti mahalnya harga kebutuhan pokok seperti minyak goreng dan kedelai yang terjadi di masyarakat saat ini.
ADVERTISEMENT
Ia meminta pemerintah segera menstabilkan harga keduanya di pasaran karena minyak goreng dan kedelai sudah menjadi barang utama yang dikonsumsi banyak orang.
“Setelah harga minyak goreng tak terkendali, saat ini pun harga kedelai melambung tinggi. Tahu dan tempe makanan rakyat. Tolong pemerintah jawab keresahannya. Berikan solusi,” kata pria yang akrab disapa Ibas dalam keterangan, Rabu (23/2).
Ibas menyayangkan tidak berjalannya langkah antisipatif pemerintah sehingga sempat terjadi aksi mogok para produsen kedelai lokal.
“Produsen tahu tempe mogok produksi, kenapa aksi ini terus meletup? #Monitor Suara Rakyat,” lanjut dia.
Anggota Komisi VI DPR tersebut menjelaskan, kebutuhan kedelai Indonesia masih sangat bergantung pada negara lain. Sehingga ketika ada gangguan pasokan maka sangat berdampak pada harga yang melambung tinggi.
ADVERTISEMENT
“Pastikan mengapa terdapat kecenderungan harga kedelai impor bisa lebih murah dibanding kedelai lokal yang kualitasnya lebih baik. Kaji mengapa angka impor kedelai sangat tinggi hingga 90% kebutuhan nasional harus dipasok dari luar,” ucap dia.
Penjual menata daging ayam dagangannya di salah satu warung di Jakarta, Selasa (22/2/2022). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Ibas mendorong Pemerintah mengkaji kembali besaran impor yang dibutuhkan serta mempertimbangkan kemampuan produksi dalam negeri.
Melalui ini, Indonesia akan lebih siap memenuhi kebutuhan pokok nasional di saat terjadi gangguan impor.
“Pemerintah seyogyanya memperhatikan upaya-upaya untuk mencapai kemandirian pangan dengan mendorong produktivitas petani lokal dengan serangkaian regulasi yang pro-petani namun tetap tidak merugikan produsen/pengrajin tahu tempe juga konsumen,” tutup dia.