Ibu Rumah Tangga, Berikut Solusi Agar Tagihan Listrik Tidak Membengkak

13 Juni 2017 15:08 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PLN Bakal Terangi Seluruh Dusun Pulau Bawean (Foto: Edy Sofyan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
PLN Bakal Terangi Seluruh Dusun Pulau Bawean (Foto: Edy Sofyan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ibu-ibu rumah tangga selama ini mengeluhkan tagihan listriknya membengkak. Banyak yang menganggap musababnya adalah kebijakan kenaikan tarif listrik yang diberlakukan pemerintah.
ADVERTISEMENT
Padahal, kenaikan tarif listrik hanya berlaku bagi golongan 900 VA rumah tangga mampu yang sebelumnya mendapat subsidi. Sedangkan rumah dengan daya listrik 1.300 VA atau golongan mampu tarifnya tidak naik.
Kepala Divisi Kepala Divisi Niaga PT PLN (Persero), Benny Marbun, berbagi cerita mengenai masalah tersebut melalui laman blognya. Dia mengaku banyak ibu rumah tangga mengeluhkan tarif listriknya naik terus dari biasanya membayar Rp 400 ribu per bulan, menjadi lebih dari Rp 600 ribu per bulan.
Padahal, daya listriknya di rumah hanya 1.300 VA dan mengaku sebagai rumah tangga miskin. Benny kemudian melakukan penelitian ke salah satu rumah ibu yang mengeluh soal tarif listrik tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, jika tagihan rekening listriknya per bulan Rp.650 ribu dan harga listrik per kWh (termasuk pajak penerangan jalan) Rp.1500/kWh, maka pemakaian listriknya sekitar 430 kWh per bulan.
Dia menilai, pemakaian listrik itu relatif sangat besar untuk satu rumah sederhana dengan daya 1.300 VA. Ada beberapa dugaan, alat ukur kWh meter sudah tidak akurat lagi, petugas pembaca meter tidak membaca dengan benar, atau memang pemakaian listriknya besar.
Namun Benny melihat alat ukur kWh meter ternyata berfungsi dengan baik. Demikian juga hasil pencatatan stand meter kWh tidak ada keanehan. Maka, giliran untuk mempelajari pemakaian listrik di rumah.
ADVERTISEMENT
Ternyata, Benny menemukan banyak alat elektronik yang digunakan di rumah ibu rumah tangga tersebut, yakni televisi tabung 2 unit, rice cooker 350 W/77 W, kulkas 150 W, seterika 300 W, dispenser 350 W, pompa air 150 W, lampu 4 buah @ 12 W, dan kipas angin.
Menurut dia, penggunaan alat elektronik seperti itu di rumah dengan daya 1.300 VA wajar. Namun, apa yang membuat tarif listrik begitu mahal?
1. Rice Cooker 77 W
Penggunaan rice cooker secara terus-menerus salah satu yang membuat tagihan listrik membengkak. Kalau rice cooker daya listrik 77 W dan dipakai memanaskan nasi selama 10 jam setiap harinya, maka pemakaian listrik 77 W x 10 jam/hari x 30 hari/bulan= 23,1 kWh/bulan. Padahal jika tidak menggunakan rice cooker bisa menghemat 23,1 kWh x Rp 1.500/kWh= Rp 34.650/bulan.
ADVERTISEMENT
"Untuk menghemat listrik, saya sarankan memasak nasi ketika menjelang waktu makan, sehingga dapat habis setelah makan usai. Kalaupun perlu tetap menyimpan nasi, cukup pakai termos nasi," katanya.
2. Dispenser Air, 350 W
Pemakaian dispenser secara terus-menerus juga akan membuat tagihan listrik bengkak. Benny menyarankan dispenser dinyalakan hanya jika memerlukan air panas saja. Paling perlu waktu 3-5 menit saja untuk mencapai panas air sekitar 90 derajat.
3.Lampu Penerangan
Jika siang hari, sebaiknya lampu dimatikan. Sebab lampu menjadi salah satu yang membuat tagihan listrik menjadi besar.