Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ibu Somad: Enggak Apa-apa Anak Saya Jadi Pemain Bola Asal Digaji
27 April 2018 14:55 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Rumah berukuran 45 meter persegi itu berada di kawasan kumuh di Bintara Jaya, Bekasi, Jawa Barat. Sekelilingnya dipenuhi oleh sampah-sampah yang menggunung. Di situlah, Somad, remaja yang terpilih mewakili Indonesia di Piala Dunia Anak Jalanan atau Street Child World Cup (SCWC) tinggal.
ADVERTISEMENT
Somad tinggal bersama ayah, ibu, dan saudara-saudaranya. Remaja berusia 14 tahun itu merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara. Satu orang adik dan kakaknya telah lebih dahulu dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.
Salam, ayah Somad, sehari-hari bekerja sebagai pemulung. Sementara ibunya, Asih, membantu perekonomian keluarga dengan berjualan sayuran, nasi uduk, dan jajanan kecil.
“Bapak (Salam) udah umur 86, kalau Ibu (Asih) 57 tahun. Dua-duanya udah sakit-sakitan,” ujar Asih saat berbincang dengan kumparan (kumparan.com) di kediamannya, Senin (23/4) siang.
Siang itu, Asih tengah sendiri. Suaminya masih bekerja, sementara Somad tengah mengikuti latihan bersama Garuda Baru. Asih biasa menjual nasi uduk hingga menjelang siang, selanjutnya ia berjualan sayuran dan jajanan kecil di warung kecil di depan rumahnya.
ADVERTISEMENT
“Somad kalau di rumah, ya, biasa-biasa aja. Paling senang main bola. Dari dulu itu. Kalau jam tiga pagi, bangun dia, nganterin ibu ke pasar beli sayur naik motor,” cerita Asih.
Suaranya sedikit terengah, namun Asih tetap melanjutkan ceritanya dengan logat Betawi pinggiran khas Bekasi.
Hidup dengan keluarga yang cukup besar, membuat Asih harus pintar mengelola keuangan. Setidaknya itulah yang ia katakan saat bercerita tentang penghasilan suaminya sehari-hari.
“Kalau sehari (mulung) mah sedikit, kalau mingguan, dua minggu, kalau dapet seminggu ya Rp 200 ribu. Tapi kan banyak anak ya, seminggu dapet Rp 200 seharinya anak kadang-kadang (butuh) Rp 20, 30 ribu. Ya gak keduman (kebagian), harus pinter nyari duitnya,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Somad, menurutnya, sangat menyukai sepak bola sejak masih kecil. Pernah suatu ketika ia meminta Somad berhenti bermain bola dengan mengancam akan membelah bola milik putranya tersebut.
“Dari kecil (main bola). Pulang-pulang sampe sore bajunya pada kotor. Itu saya bilangin ke dia, ‘Mad, nanti Umi belah nih bola,’ tapi ya tetep aja dia main bola. Abangnya ada satu yang suka main bola juga,” tutur Asih.
Saat diberi tahu bahwa Somad terpilih dalam tim yang akan diberangkat Rusia, Asih mengaku tak menyangka. Ia akan mendukung apabila sang anak kelak memutuskan memilih sepak bola sebagai jalan hidupnya. Asalkan dengan satu syarat.
“Kalau Ibu ya dukung. Terserah, kan dia yang ngebadanin (ngejalanin). Yang penting punya gaji apa enggak. Digaji apa enggak begitu. Penting kan cukup buat makan dia. Orang tua kan sekarang sudah tua, dia makin gede juga harus punya (penghasilan) gitu,” tutur Asih.
ADVERTISEMENT
Somad beserta delapan rekannya akan bersaing dengan 23 negara lain di ajang SCWC di Moskow, Rusia, pada 10-18 Mei mendatang. Tidak hanya berkompetisi sepak bola, nantinya para wakil Indonesia ini juga akan mengikuti konferensi anak, pertunjukan seni budaya, dan forum group discussion (FGD).