Ibunda Aldi Sebut Anaknya Alami Trauma Usai Tertembak Peluru Nyasar

19 Maret 2018 15:04 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim Advokasi Pengungkapan Penembakan Misterius. (Foto: Aria Pradana/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tim Advokasi Pengungkapan Penembakan Misterius. (Foto: Aria Pradana/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tim Advokasi Pengungkapan Penembakan Misterius (TAP-PETRUS) beserta Melpina Badalu, ibu dari korban peluru nyasar, mengadu ke Bareskrim Polri untuk meminta kejelasan.
ADVERTISEMENT
Aldi Prasetya (17), korban yang menjadi korban peluru nyasar tersebut masih trauma dengan atribut atau kata 'polisi'. Padahal jauh sebelum insiden penembakan, Aldi dikenal sebagai sosok periang yang cinta alam.
"Iya, trauma masih ada. Jadi dulu sebelum ada kejadian, dia anak periang, anak pendaki gunung yang banyak teman-temannya, sekarang enggak seperti dulu, dia di rumah, takut bergaul dengan orang, selalu berpikir itu polisi," kata Pina sapaan akrab Melpina di kantor Bareskrim Polri, Kompleks Gedung KKP, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (19/3).
Menurut Pina, kondisi fisik anak sulungnya tersebut sudah normal. Hanya saja ada perubahan perilaku karena syarafnya masih belum pulih. Seringkali Aldi berhalusinasi dan tidak terkontrol emosinya. Kadang-kadang remaja itu senang, sedih dan tertawa serta bernyanyi tidak jelas.
ADVERTISEMENT
"Dia selalu mimpi malam, selalu mimpinya berulang-ulang, dia dikejar-kejar polisi dan selalu ada bisikan di telinganya. Bisikan 'tembak-tembak, bunuh-bunuh'. Tapi saya tanya ke dokter katanya itu karena pengaruh saraf, bukan karena gangguan jiwa," kata Pina sambil meneteskan air mata.
Peristiwa peluru nyasar itu bermula ketika Aldi sedang merekam kerusuhan yang terjadi di DPRD Luwuk Banggai Sulawesi Tengah pada 27 Agustus 2017. Saat sedang merekam, tiba-tiba Aldi tertembak di bagian pelipis mata sebelah kiri.
Usai kejadian, Aldi langsung dilarikan ke beberapa rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Seperti rumah sakit daerah setempat, RS Bhayangkara Polda Sulteng, RS Kramat Jati Polri hingga ke RS Hasan Sadikin Bandung.
"Pascaoperasi kata dokternya kemungkinan akan ada kelumpuhan organ tubuh sebelah kanan dan akan mengalami perubahan perilaku, dan kerusakan pada otak kiri, dari hasil CT-Scan, tapi alhamdulilah tidak terjadi. Katanya dengan keadaan Aldi ini adalah mukjizat, keadaan luar biasa," tutur Pina.
ADVERTISEMENT