IDI: 85% Tenaga Medis Alami Sindrom Burnout dan 15% Dokter Depresi karena Corona

16 November 2020 16:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas medis dengan APD lengkap bersiap untuk mengambil sampel swab dari warga di pasar tradisional di Bogor, Jumat (8/5). Foto:  REUTERS / Willy Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Petugas medis dengan APD lengkap bersiap untuk mengambil sampel swab dari warga di pasar tradisional di Bogor, Jumat (8/5). Foto: REUTERS / Willy Kurniawan
ADVERTISEMENT
Pandemi corona yang tak kunjung usai telah berdampak ke segala sektor dan membuat masyarakat lelah secara psikologis.
ADVERTISEMENT
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyatakan, kondisi di masyarakat yang mengalami tekanan psikologis karena corona juga dirasakan tenaga medis.
Wakil Ketua Umum IDI, dr. Moh Adib Khumaidi, SpOT, menyatakan berdasarkan data terkini, sebanyak 85 persen tenaga kesehatan mengalami sindrom burnout.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sindrom burnout merupakan salah satu kondisi stres kronis yang berhubungan dengan pekerjaan. Sindrom burnout ditandai dengan kelelahan secara fisik dan emosional akibat ekspektasi dan kenyataan yang tidak berjalan sesuai yang dibayangkan.
"Kondisi saat ini secara psikologis apa yang terjadi di masyarakat (juga) terjadi di kami (tenaga medis), burnout, 85 persen tenaga kesehatan burnout," ujar Adib dalam diskusi virtual di acara BNPB, Jakarta, Senin (16/11).
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr. Moh. Adib khumaidi, SpOT Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Tak hanya itu, Adib menyebut sebanyak 15 persen dokter yang menempuh pendidikan spesialis mengalami depresi.
"Kemudian dokter-dokter yang pendidikan spesialis 15 persen depresi. Ini gambaran tekanan mental penting tetap bertahan dalam penanganan pandemi corona," ucapnya.
Adib menyatakan, tekanan mental yang dialami tenaga medis dilandasi kondisi pandemi corona yang tak kunjung usai, diperparah dengan perilaku masyarakat yang masih banyak abai protokol kesehatan.
Untuk itu, Adib meminta masyarakat membantu tenaga kesehatan dengan tetap konsisten mematuhi protokol kesehatan dan mulai membiasakan diri menerapkan adaptasi kebiasaan baru.
Mural yang mengajak warga untuk memakai masker di tengah pandemi COVID-19 di Surabaya. Foto: Juni Kriswanto/AFP
"Kami berharap masyarakat juga mengubah perilaku yang terkait disinformasi diperbaiki, informasi yang salah terkait COVID-19 diperbaiki. Ini jadi vitamin buat kami untuk semangat," ucapnya.
ADVERTISEMENT
"Ketahanan mental (tenaga kesehatan) bisa terbantu, dapat vitamin, dan semangat apabila masyarakat bantu dengan perubahan perilaku yang lebih baik dengan mematuhi protokol 3M," tutupnya.