Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
IDI Bicara soal Jumlah Dokter Meninggal hingga Lonjakan Corona Usai Liburan
17 November 2020 7:16 WIB
ADVERTISEMENT
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyoroti kondisi pandemi virus corona di tanah air yang sudah mencapai 470.648 kasus positif.
ADVERTISEMENT
Setidaknya ada 5 hal yang disoroti IDI . Mulai dari upaya dokter dan tenaga medis mengatasi pandemi corona hingga lonjakan kasus positif usai libur long weekend beberapa waktu lalu.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Umum IDI, dr. Moh Adib Khumaidi, SpOT, dalam talkshow di Graha BNPB, Senin (16/11). Berikut pernyataan lengkapnya:
159 Dokter Meninggal karena Corona
IDI mencatat sudah ada 159 dokter di Indonesia meninggal dunia saat melawan corona. Menurut Adib, mayoritas dokter yang gugur adalah dokter umum dan bukan bekerja di RS rujukan COVID-19
"Pada saat kita rinci dari 159 dokter itu, bahkan dia yang kerja di rujukan COVID-19, itu rendah, yang sebagian besar dia tidak bekerja di tempat yang jadi rujukan COVID-19, ini jadi gambaran risiko terjadi pada seluruh aspek pelayanan," ujar Adib.
ADVERTISEMENT
Adib pun mengingatkan seluruh dokter untuk menerapkan sistem keamanan saat bekerja di fasilitas kesehatan.
"Karena dari 159 dokter yang meninggal, 84 itu dokter umum, data di Jawa Timur, 28 persen dari praktik pribadi, 22 persen dari Puskesmas, artinya ada problem sistem safety di tempat Faskes tersebut," kata Adib.
Sejauh ini, IDI sudah membentuk program doctor safe and doctor protect untuk memprioritaskan penanganan bagi dokter yang sakit.
85% Nakes Kena Sindrom Burnout dan 15 Dokter Depresi
Tak hanya psikologi masyarakat umum, pandemi corona juga menyebabkan kalangan dokter dan tenaga kesehatan (nakes) mengalami depresi maupun stres.
Adib melaporkan sebanyak 85 persen nakes mengalami sindrom burnout. Menurut WHO, sindrom burnout merupakan salah satu kondisi stres kronis yang berhubungan dengan pekerjaan. Sindrom burnout kerap ditandai dengan kelelahan secara fisik dan emosional sebagai akibat dari ekspektasi dan kenyataan yang tidak berjalan sesuai dengan yang dibayangkan.
ADVERTISEMENT
"Kondisi saat ini secara psikologis apa yang terjadi di masyarakat (juga) terjadi di kami (tenaga medis), burnout, 85 persen tenaga kesehatan burnout," ujar Adib.
Adib juga menyebut sebanyak 15 persen dokter yang menempuh pendidikan spesialis mengalami depresi. Menurutnya, tekanan mental yang dialami dokter dan nakes ini karena pandemi corona yang tak kunjung usai. kondisi tersebut diperparah dengan perilaku masyarakat yang masih abai akan penerapan protokol kesehatan.
Dokter Tak Diuntungkan Akibat Corona, Rugi Finansial
Adib menegaskan dokter sama sekali tak diuntungkan akibat pandemi corona. Bahkan seperti masyarakat yang lain, dokter juga mengalami kerugian secara finansial.
"Bahwa dampak pandemi corona kalau bicara masyarakat terdampak ekonomi, dokter diuntungkan salah besar," kata Adib.
ADVERTISEMENT
Adib lantas menjelaskan survei di Jawa Timur yang memperlihatkan 78 persen dokter terdampak secara finansial. Atas kondisi ini, Adib meminta, pandemi corona bisa diatasi secara bersama-sama, tak hanya dokter saja.
"Saya yakin kalau bersama-sama, karena kondisi saat ini tidak ada yang diuntungkan semua sama. Tidak ada lagi yang katakan satu kelompok dikatakan (diuntungkan). Ini titik nol untuk maju dalam bersama menangani corona," imbuhnya.
Soroti Kurangnya Fasilitas Kesehatan di Daerah
Adib juga menyoroti ketimpangan fasilitas kesehatan antara DKI Jakarta dengan provinsi lain, seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah. Contohnya, seperti kurangnya tenaga medis hingga fasilitas ICU di rumah sakit di daerah. Menurutnya, masalah ini kerap menjadi dilema.
"Di Jabar, Jateng fasilitas tidak sebaik dan sebanyak di Jakarta, ini tenaga tenaga medis di daerah. Terus apa yang terjadi kalau ICU ada 2 tapi pasien yang masuk ada 3 itu dilema, dalam perspektif etis, moral, dan legal gimana," jelas Adib
ADVERTISEMENT
Adib juga menyoroti masalah kecepatan penanganan pandemi corona di Ibu Kota, namun jauh berbeda dengan di daerah. Menurutnya, ini menjadi tantangan yang masih terus terjadi di berbagai daerah.
Sebut Ada Lonjakan Corona Usai Libur Long Weekend
Adib menyoroti lonjakan kasus corona efek dari long weekend pada akhir Oktober yang mulai terlihat. Pasalnya, dalam beberapa hari lalu yakni tanggal 13 dan 14 November kasus positif secara nasional bertambah di atas 5.000.
Menurut Adib, lonjakan kasus tersebut sangat mungkin terjadi karena long weekend. Ia juga merujuk pada lonjakan saat libur panjang pada Mei dan Agustus lalu.
Melihat pengalaman ini, Adib pun mempertanyakan apakah long weekend pada akhir 2020 saat Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2021 masih diperlukan atau tidak. Jika masih, maka penerapan protokol kesehatan di transportasi umum dan tempat wisata harus tegas.
ADVERTISEMENT
"Ini harus tegas jadi aturan. Sehingga kalau tetap boleh libur panjang aturan tegas harus ada. Supaya jadi suatu dasar perubahan perilaku harus dilakukan," tutupnya.
ADVERTISEMENT