IDI: Pentingnya Kredensial untuk Tahu Latar Belakang Dokter Asli atau Gadungan

14 September 2023 16:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum PB IDI DR Dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT. Dok Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum PB IDI DR Dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT. Dok Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) merespons kasus Susanto, lulusan SMA yang menipu sejumlah rumah sakit di Jawa dan Kalimantan dengan mengaku sebagai dokter.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PB IDI DR Dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT mengatakan, masalah ini terjadi karena kurang ketatnya proses kredensial bagi dokter yang akan bekerja di fasilitas kesehatan.
"Ada satu proses yang sangat krusial dan penting yaitu proses kredensialing," ucap Adib saat jumpa pers online PB IDI bertema Klarifikasi dan Penjelasan Kasus Dokter Gadungan, Kamis (14/9).
Dalam proses ini biasanya seorang dokter akan dihadapkan dengan beberapa dokter untuk dilakukan pengecekan dan wawancara. Bukan hanya soal riwayat pendidikannya tetapi juga soal surat perizinan, kualifikasi personal hingga pengalaman di bidang keprofesiannya.
Proses ini penting sebagai tanggung jawab rumah sakit untuk menjaga keselamatan pasiennya. RS harus menjaga standar dan kompetensi para staf medis yang akan berhadap langsung dengan para pasien.
Susanto (kiri atas) saat menjalani sidang secara daring di PN Surabaya atas kasus penyamaran sebagai dokter selama dua tahun. Foto: Dok. Istimewa
Selain itu, upaya ini juga dilakukan agar tindakan medis yang dilakukan oleh pihak rumah sakit betul-betul dilakukan oleh staf medis yang benar-benar kompeten.
ADVERTISEMENT
"Di fase inilah penting kita bisa menilai dokter ini palsu atau sesuai kewenanganannya," kata Adib.
Adib menjelaskan, dalam setiap proses kredensial, selalu melibatkan IDI di cabang setempat. Apakah betul dokter tersebut terdaftar, memiliki Surat Tanda Registrasi (STR), tidak pernah terlibat kasus dan rekam jejaknya bisa dicek di IDI.
Susanto ini bisa lolos karena, kata Adib, proses kredensialnya tidak melibatkan IDI. Pihak rumah sakit langsung bekerja sama dengan perusahaan untuk menugaskan Susanto.
Saat mengirim lamaran, Susanto hanya mengganti foto dokter asli yakni dokter Anggi Yurikno dengan foto dirinya. Lalu dikirimlah surat lamaran tersebut ke email HRD RS PHC Surabaya pada tanggal 30 April 2020. Santoso akhirnya dinyatakan lolos dan mulai bekerja pada tanggal 15 Juni 2020. Ia ditempatkan di Klinic K3 PT Pertamina EP IV Cepu sebagai dokter Hiperkes.
ADVERTISEMENT
"Perusahaan melakukan langsung kredensial," ucap Adib.
Dalam aksinya, Santoso juga tidak tatap muka langsung dengan pasien, karena saat itu dalam kondisi pandemi. Sehingga aksinya baru terbongkar setelah 2 tahun berjalan.
"Inisial S ini tidak pernah secara langusng berhadapa dengan pasien atau melayani," kata Adib.

Kredensial jangan sampai longgar

Di kesempatan yang sama, anggota Biro Hukum Pembinaan dan pembelaan Anggota (BHP2A) PB IDI, Dr Dewa Nyoman Sutayana, SH, MH, MARS, mengatakan saat ini informasi soal kesehatan sangat mudah diakses masyarakat di internet. Ada sisi baiknya, namun ada juga oknum yang memanfaatkan informasi tersebut untuk tujuan kejahatan.
Misalnya saja orang yang mengaku dokter, seolah-olah bisa melakukan diagnosis dari pengalamannya kuliah dan bekerja di bidang kesehatan, padahal hanya baca dari internet.
ADVERTISEMENT
"Informasi ini dapat disalahgunakan oleh oknum tertentu untuk bisa menjadi 'dokter gadungan'. Memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan untuk bisa masuk dalam fasilitas kesehatan dengan berbekal dokumen palsu," kata Dewa.
Menurutnya, mekanisme dalam fasilitas kesehatan untuk memastikan tenaga medis yang bekerja bukanlah gadungan sudah berlapis, namun dalam penerapannya kadang tidak opnimal.
"Secara sistem sudah benar dan tetap kembali lagi peneraapanya apakah optimal?" ujar Dewa.
"Jadi di HR harus diperkuat proses kredensialnya. Kalau dilakukan maksimal harusnya tidak lolos. Kredensial dibuat ketat untuk menjamin dokter beneran dan sesuai kompensinya," imbuhnya.
Dia mengimbau bila masyarakat menemukan adanya dugaan tenaga medis gadunagan untuk segera melapor. Bisa ke polisi atau melalui IDI di cabang, wilayah atau pusat.
ADVERTISEMENT
Pastikan verifikasi data melalui sumber utama yang terpercaya yakni di https://idionline.or.id dan http://kki.go.id/cekdokter/.
"Optimalkan proses kredensial dan rekredensial secara berkala, minimal satu tahun sekali demi kepastian bahwa penanganan pasien hanya dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten," katanya.