IDI soal Pemicu Pasien Indonesia Lebih Memilih Berobat ke LN: Masalah Komunikasi

12 Maret 2023 16:33 WIB
·
waktu baca 2 menit
Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi (kiri) saat mengikuti Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi IX DPR di Jakarta, Senin (4/4/2022). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi (kiri) saat mengikuti Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi IX DPR di Jakarta, Senin (4/4/2022). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi menyebut ada 2 juta warga Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri saat sakit. Persoalan masyarakat Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri ini menjadi sorotan.
ADVERTISEMENT
Negara-negara yang kerap jadi tujuan adalah Malaysia, Singapura, Jepang, Jerman, hingga AS. Menurut Jokowi, hal itu berpotensi menghilangkan devisa negara hingga Rp 165 triliun.
Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Adib Khumaidi, ada sejumlah faktor yang menjadi pemicu rumah sakit di Indonesia tak dilirik oleh masyarakat.
Ia menyebut, masalah komunikasi dokter dengan pasien menjadi salah satunya. Menurutnya, ada dokter-dokter di Indonesia yang masih perlu memperbaiki cara berkomunikasi dengan pasien, seperti mendengar keluhan-keluhan pasien.⁠
"(Masalahnya) komunikasi. Dokter Indonesia sebenarnya dengan komunikasi yang baik, lebih banyak mendengar keluhan pasien, maka itu akan bisa dirasakan," ujarnya kepada wartawan.⁠
Selain itu, pemicu lainnya berkaitan dengan biaya rumah sakit yang lebih mahal di Indonesia dibanding luar negeri karena penerapan pajak. ⁠
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, mengungkap, antrean yang cukup panjang juga menjadi faktor pasien mengurungkan niat untuk berobat di Indonesia.
Jubir vaksinasi perwakilan Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi. Foto: Kemkes RI
"Sering antrean yang cukup panjang, ditambah mereka yang dari Medan harus ke Jakarta, nah mungkin lebih dekat ke Penang, Malaysia," tuturnya kepada kumparan.
Nadia juga tak menampik harga obat dan tindakan medis yang harus dibayarkan di Indonesia memang ada yang lebih tinggi dibandingkan di luar negeri.
Selain itu, fasilitas dan layanan kesehatan yang tidak merata terutama di daerah-daerah yang jauh dari kota besar dan Ibu Kota.
"Harga obat dan tindakan yang sering tinggi, soal kenyamanan juga [jadi faktor]. Ke depan, akan kami siapkan sarana dan prasarana dan SDM sehingga semua RS Kabupaten/Kota dan Provinsi bisa memberikan layanan," tandasnya.
ADVERTISEMENT