Idul Adha Jadi Momentum Menyatukan Perbedaan demi Keikhlasan dan Pengorbanan

29 Juni 2023 11:15 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana tempat penjualan hewan kurban di Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (21/6/2023).  Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana tempat penjualan hewan kurban di Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (21/6/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah dirayakan seluruh umat Muslim di dunia. Tak kecuali di Indonesia yang jatuh pada 28 dan 29 Juni 2023.
ADVERTISEMENT
Muhammadiyah merayakan Idul Adha pada Rabu (28/06/2023). Sedangkan Pemerintah dan Nahdlatul Ulama (NU) merayakan Idul Adha pada Kamis (29/06/2023).
Meski berbeda hari, anggota Komisi III DPR RI, Agustiar Sabran, melihat kedua organisasi Islam terbesar di Indonesia itu sama-sama memaknai perayaan Idul Adha, yakni pengorbanan Nabi Ismail AS dan ketulusan Nabi Ibrahim AS.
"NU dan Muhammadiyah punya peran penting dalam tonggak sejarah memerdekakan Indonesia. Tokoh-tokoh dari keduanya berjuang membawa Indonesia keluar dari penjajahan, dengan ikhlas dan tulus. Mendirikan Indonesia dengan Rahmatan lil 'Alamin," kata Agustiar.
Anggota Komisi III DPR RI Agustiar Sabran Foto: Dok. Istimewa
Lebih lanjut, pria yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng tersebut, mengatakan perbedaan harus dijadikan kelebihan untuk saling melengkapi, bukan bentuk kelemahan.
"Kalau kata Bung Karno, negara ini, Republik Indonesia, bukan milik kelompok mana pun, juga agama, atau kelompok etnis mana pun, atau kelompok dengan adat dan tradisi apa pun, tapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke," paparnya.
ADVERTISEMENT
"Itulah konsep nasionalisme yang didirikan Indonesia. Bukan orang Jawa, bukan orang Sumatera, bukan orang Kalimantan, Sulawesi, Bali atau lainnya, tapi orang Indonesia, yang bersama-sama menjadi fondasi satu kesatuan," imbuhnya.
Agustiar pun melihat sosok Bung Karno yang menyatukan perbedaan di Indonesia maupun Dunia.
"Bung Karno lahir dari rahim seorang wanita asal Bali, ayahnya asal Tanah Jawa. Tapi beliau menyatukan perbedaan di Konferensi Asia Afrika, dengan satu tekad yakni Perjuangan Dari Bangsa Penjajah," tegas Agustiar.
Warga melihat sapi kurban milik Presiden Jokowi dan Wapres Ma'ruf Amin di Masjid Istiqlal, Kamis (29/6/2023). Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Untuk itu, Agustiar mengajak masyarakat Indonesia, khususnya Muslim di tanah air untuk sama-sama bergandengan tangan, membuang perbedaan. Tak perlu lagi ada perdebatan soal merayakan hari besar umat Muslim.
"Sudah saatnya mendukung apa yang sudah dilakukan para tokoh bangsa, terutama dari NU dan Muhammadiyah. Kita sebagai generasi penerus, mari membawa Indonesia mewujudkan Indonesia Emas 2045," tegas politikus PDIP itu.
ADVERTISEMENT
"Tentu saja berpegang teguh dengan Pancasila, dan memaknai Bhinneka Tunggal Ika," tambah Agustiar.
(LAN)