Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Ikatan Pilot: Terkadang Pesawat Punya Masalah Bawaan Masing-masing
2 November 2018 16:38 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Ikatan Pilot Indonesia (IPI) memberikan pengalamannya dan pengetahuannya soal kendala dan kerusakan pesawat. Salah satunya berkaitan dengan pesawat Boeing jenis 737 MAX 8.
ADVERTISEMENT
Menurut Executive Chairman IPI Kapten Rama Noya, Boeing 737 MAX 8 merupakan produk terbaru yang dikeluarkan oleh Boeing, pabrikan pesawat asal Amerika Serikat tersebut.
"Pesawat itu akan diperbaruhi tipenya. Artinya dia akan memperbaiki kekurangan dari pesawat sebelumnya. Salah satunya mengenai efisiensi fuel (bahan bakar)," kata Rama dalam konferensi pers IPI di Gedung Graha Dirgantara, Jakarta Timur, Jumat (2/11).
"Karena saat ini perusahaan jug ingin efieseinsi fuel kemudian untuk kelebihan safety. Ya, tentunya pasti ada penambahan safety lebih baik karena dia sudah lolos sertifikasi dari Boeing," lanjut Rama.
Pesawat Boeing 737 MAX 8 merupakan jenis yang dipakai oleh Lion Air JT-610 dalam penerbangannya dari Jakarta menuju Pangkalpinang pada Senin (29/10) lalu. Namun pesawat itu jatuh di perairan Karawang sesaat setelah 13 menit lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan sama, Ketua II IPI Kapten Yusni Maryan menuturkan, terkadang di beberapa pesawat memiliki permasalahannya tersendiri. Masalah tersebut biasanya berasal dari bawaan pabrikannya. Dia mencontohkan, kejadian pesawat Garuda Indonesia yang mendarat darurat di Bengawan Solo tahun 2002 lalu.
"Kalau MAX karena pesawat baru ya, walaupun saya ikut terbangkan juga, tapi sepengalaman saya enggak banyak masalah ya. Tapi memang terkadang pesawat punya masalah bawaan masing-masing. Itu sepengalaman saya ya," kata Yusni.
"Misalnya mungkin pesawat itu sudah cacat dari pabrik, sudah ada masaah. Ya mungkin itu, akhirnya tambal sulam terus. Seperti Garuda yang (jatuh) di Bengawan Solo, nah itu sama halnya," papar Yusni.Â
Menurut pengalamannya saat itu, pesawat milik Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA-421 menggunakan Boeing 737-300 sudah memiliki masalah sejak pertama kali mendarat di Indonesia dari pabriknya di Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
"Itu pesawat waktu pertama mendarat di Jakarta, dibawa dari pabrik sudah ada masalah. Tiap bulan, itu dibenerin satu, satunya rusak, ada saja masalah. Tapi sebulan sebelum kejadian itu pesawat perfect, enggak ada masalah. Karena saya nerbangin itu seminggu sebelum kejadian pesawatnya perfect enggak ada komplain macem-macem," tutupnya.Â