Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ilmuwan LIPI Asvi Warman Anggap Sukarno Korban G30S
26 Juli 2018 18:14 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Sukarno adalah tokoh yang paling dirugikan dari peristiwa ini karena ia kehilangan jabatan tertinggi," kata Asvi dalam orasi ilmiahnya saat pengukuhan sebagai profesor riset di Auditorium LIPI, Jakarta, seperti dilansir Antara, Kamis (26/7).
Asvi mengemukakan ada tujuh figur yang menjadi korban G30S, salah satunya adalah Sukarno. Menurut Asvi, Sukarno dituduh terlibat dalam gerakan tersebut.
"Soekarno juga dituduh, namun rute perjalanannya pagi hari tanggal 1 Oktober 1965 membuktikan bahwa Bung Karno tidak mengetahui rencana gerakan tersebut," katanya.
Asvi menjelaskan, G30S dijadikan sarana untuk mengambil alih kekuasaan dari Sukarno. Kesimpulan tersebut didapat setelah Asvi meneliti berbagai dokumen-dokumen tentang G30S dari 1965 - 2017.
"Rangkaian peristiwa dari 1 Oktober 1965 sampai keluarnya Supersemar 1966, penahanan 15 menteri, pembubaran Tjakrabirawa dan penguasaan pers oleh tentara, memperlihatkan bahwa kekuasaan itu memang direbut dari Sukarno secara bertahap," paparnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Asvi, pada masa Orde Baru, salah satu tokoh yang paling berperan untuk menulis sejarah G30S adalah Nugroho Notosusanto. Nugroho merupakan pemrakarsa pembuatan film G30S yang disutradarai Arifin C Noer pada 1984
"Dalam jilid 6, sejarah nasional Indonesia yang disunting Nugroho Notosusanto diberikan legitimasi kepada Orde Baru sekaligus dilakukan desukarnoisasi (upaya mengurangi bahkan menghilangkan peranan Sukarno dalam sejarah)," katanya.
Salah satu hal kontroversial yang pernah dilakukan Nugroho selain mempersoalkan kelahiran Pancasila oleh Sukarno adalah menghilangkan sosok Sukarno dalam foto Proklamasi 17 Agustus 1945.
"Dalam buku Nugroho Notosusanto berjudul Pejuang dan Prajurit, pada foto Proklamasi 17 Agustus 1945 tidak tampak sosok Sukarno. Sejarawan Abdurrachman Surjomihardjo melakukan protes sehingga pada cetakan kedua, sosok Sukarno muncul kembali," katanya.
ADVERTISEMENT
Menurut Asvi para korban G30S baru mulai bersuara setelah jatuhnya Orde Baru. Mereka kembali bersuara demi mendapatkan keadilan dan keterbukaan terkait kasus ini.
"Para korban yang selama 30 tahun dibungkam mulai bersuara, melakukan serangkaian pertemuan, diskusi, seminar, serta pembuatan memoar," katanya.