Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Ilmuwan Sastia Sayangkan Pemotongan Anggaran Riset: Heartbreak untuk Peneliti
23 Februari 2025 11:34 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Associate Profesor Universitas Osaka, Sastia Prama Putri, turut buka suara soal pemotongan anggaran riset di Indonesia yang justru terjadi saat kebutuhan investasi di bidang sains semakin mendesak.
ADVERTISEMENT
Dalam podcast DipTalk bersama kumparan, Sastia menyebut keputusan ini sebagai pukulan telak bagi peneliti, baik di dalam maupun luar negeri.
“Alokasi anggaran riset kita itu kan idealnya 1 persen ya kalau enggak salah. Tapi ternyata di Indonesia sudah sangat berbeda. Harusnya naiknya jauh untuk bisa minimal menyelamatkan lah sama negara-negara berkembang lainnya, ini malah dipangkas,” tutur Sastia.
Sastia pun membandingkan kondisi Indonesia dengan Jepang, negara yang mengalokasikan sebagian besar PDB-nya untuk riset.
Ia menyinggung betapa pentingnya dukungan pemerintah dalam membangun ekosistem riset yang kuat.
Menurutnya, investasi dalam riset, terutama di bidang STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika), adalah kunci bagi negara untuk mandiri dan maju.
“Riset dari pendidikan, tanpa itu Indonesia menurut saya mau beruntung untuk leap to the next stage dengan riset ini. Kalau dipangkas, saya kurang tahu prioritasnya negara ini gimana sekarang,” kata ilmuwan yang menemukan senyawa aktif dalam tempe yang dapat menurunkan kolesterol itu.
Baru-baru ini Sastia meraih Ando Momofuku Award atas risetnya.
ADVERTISEMENT
Ia mengungkap inovasi tak terjadi dalam semalam, tapi melalui proses panjang yang membutuhkan investasi berkelanjutan.
“Karena itu kan pondasi untuk kita bisa akselerasi ekonomi kita, untuk kita sumber daya kita, untuk ganti akhir-akhir inovasi-inovasi. Itu kan enggak dibuat semalam, itu dibuat melalui proses. Kita enggak akan bisa jadi bangsa yang berdikari dan maju kalau kita enggak riset gitu,” tegasnya.
Sastia adalah satu dari sedikit ilmuwan perempuan yang mencapai posisi associate professor di Jepang.
Sebelum terjun ke dunia sains, ia sempat menjadi model di Indonesia.
Kini, ia berkarier di Universitas Osaka, kampus riset nomor satu di Jepang, dan terus berkontribusi dalam penelitian lintas negara, termasuk bersama ilmuwan Amerika Serikat.