Ilmuwan Sebut Jumlah Kematian di Dunia Akibat Polusi Lebih Tinggi dari COVID-19

18 Mei 2022 12:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kabut tebal dan kabut asap menutupi gedung-gedung di Milan, Italia, 8 Januari 2020.  Foto: REUTERS/Flavio Lo Scalzo
zoom-in-whitePerbesar
Kabut tebal dan kabut asap menutupi gedung-gedung di Milan, Italia, 8 Januari 2020. Foto: REUTERS/Flavio Lo Scalzo
ADVERTISEMENT
Tim ilmuwan pada Selasa (17/5/2022) melaporkan, kematian global akibat pencemaran lingkungan diperkirakan telah mencapai 9 juta per tahun sejak 2015. Polusi udara dan timbal beracun disebut jadi penyebab.
ADVERTISEMENT
Polusi udara dari proses industri dan urbanisasi mendorong peningkatan sebanyak 7 persen dalam kematian yang berkaitan dengan polusi sejak 2015 hingga 2019.
Versi sebelumnya dari penelitian yang diterbitkan pada 2017 juga memperkirakan angka kematian yang sama akibat polusi.
Polusi menyebabkan sekitar 9 juta kematian per tahun atau satu dari setiap enam kematian di seluruh dunia. Hal itu juga telah memakan biaya ekonomi global hingga USD 4,6 triliun per tahun.
Angka tersebut menempatkan polusi setara dengan merokok dalam hal kematian global. COVID-19, sebagai perbandingan, telah membunuh sekitar 6,7 juta orang secara global sejak pandemi dimulai.
Suasana jalan tol di Delhi, India, yang diselimuti polusi udara. Foto: Reuters/Anushree Fadnavis
"Kami duduk di panci rebusan dan perlahan-lahan terbakar," kata rekan penulis studi dan kepala Pure Earth nirlaba global, Richard Fuller.
ADVERTISEMENT
"Namun tidak seperti perubahan iklim, malaria, atau HIV, kami belum memberikan banyak fokus (pencemaran lingkungan)," sambung dia.
Dalam studi terbaru para ilmuwan dalam jurnal online Lancet Planetary Health, penulis menganalisis data 2019 dari Global Burden of Disease, sebuah studi berkelanjutan oleh University of Washington. Mereka menilai paparan polusi secara keseluruhan dan menghitung risiko kematian.
Hasil penelitian tersebut melihat lebih spesifik penyebab polusi dengan memisahkan kontaminan tradisional seperti asap dalam ruangan atau limbah dari polutan yang lebih modern, yakni polusi udara industri dan bahan kimia beracun.

Air dan Udara dalam Ruangan

Kematian akibat polutan tradisional dilaporkan telah mengalami penurunan secara global. Namun mereka masih menjadi masalah utama di Afrika dan beberapa negara berkembang lainnya.
ADVERTISEMENT
Air dan tanah yang tercemar serta udara dalam ruangan yang kotor menempatkan Chad, Republik Afrika Tengah dan Niger sebagai tiga negara dengan kematian terkait polusi paling banyak.
Seorang wanita berdiri di perairan sungai Yamuna sebagai bagian dari ritual untuk festival Hindu Chhat puja di tengah busa yang diciptakan oleh polusi di air di New Delhi pada 8 November 2021. Foto: Sajjad Hussain/AFP
Program negara untuk mengurangi polusi udara dalam ruangan dan perbaikan sanitasi telah membantu mengurangi angka kematian di sejumlah tempat.
Di Ethiopia dan Nigeria, upaya itu membawa kematian terkait polusi turun hingga dua pertiga antara tahun 2000 dan 2019. Sementara itu, pemerintah India pada 2016 mulai menawarkan untuk mengganti tungku kayu bakar dengan sambungan kompor gas.

Polutan Modern

Direktur eksekutif Aliansi Global untuk Kesehatan dan Polusi yang berbasis di New York, Rachael Kupka mengatakan, kematian yang disebabkan oleh paparan polutan modern seperti logam berat, bahan kimia pertanian, dan emisi bahan bakar fosil melonjak 66 persen sejak 2000.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi polusi udara di Malaysia. Foto: Wikimedia Commons
Namun, dalam hal polusi udara luar ruangan, sejumlah ibu kota besar telah melihat beberapa keberhasilan termasuk di Bangkok, China, dan Mexico City. Berbeda halnya dengan kota-kota kecil, tingkat polusi masih terus meningkat.

Negara dengan Jumlah Kematian Akibat Polusi Tertinggi

Studi ilmuwan menawarkan daftar 10 negara yang paling terpengaruh oleh kematian terkait polusi, berdasarkan temuan mereka tentang kematian yang disesuaikan dengan populasi.
Berikut peringkat negara yang paling rentan mengalami kematian terkait polusi.
1. Chad;
2. Republik Afrika Tengah;
3. Niger;
4. Kepulauan Solomon;
5. Somalia;
6. Afrika Selatan;
7. Korea Utara;
8. Lesotho;
9. Bulgaria;
10. Burkina Faso
Penulis: Sekar Ayu.
ADVERTISEMENT