Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Ilmuwan Sebut Jumlah Kematian di Dunia Akibat Polusi Lebih Tinggi dari COVID-19
18 Mei 2022 12:12 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Tim ilmuwan pada Selasa (17/5/2022) melaporkan, kematian global akibat pencemaran lingkungan diperkirakan telah mencapai 9 juta per tahun sejak 2015. Polusi udara dan timbal beracun disebut jadi penyebab.
ADVERTISEMENT
Versi sebelumnya dari penelitian yang diterbitkan pada 2017 juga memperkirakan angka kematian yang sama akibat polusi.
Polusi menyebabkan sekitar 9 juta kematian per tahun atau satu dari setiap enam kematian di seluruh dunia. Hal itu juga telah memakan biaya ekonomi global hingga USD 4,6 triliun per tahun.
Angka tersebut menempatkan polusi setara dengan merokok dalam hal kematian global. COVID-19, sebagai perbandingan, telah membunuh sekitar 6,7 juta orang secara global sejak pandemi dimulai.
"Kami duduk di panci rebusan dan perlahan-lahan terbakar," kata rekan penulis studi dan kepala Pure Earth nirlaba global, Richard Fuller.
ADVERTISEMENT
"Namun tidak seperti perubahan iklim, malaria, atau HIV, kami belum memberikan banyak fokus (pencemaran lingkungan)," sambung dia.
Dalam studi terbaru para ilmuwan dalam jurnal online Lancet Planetary Health, penulis menganalisis data 2019 dari Global Burden of Disease, sebuah studi berkelanjutan oleh University of Washington. Mereka menilai paparan polusi secara keseluruhan dan menghitung risiko kematian.
Hasil penelitian tersebut melihat lebih spesifik penyebab polusi dengan memisahkan kontaminan tradisional seperti asap dalam ruangan atau limbah dari polutan yang lebih modern, yakni polusi udara industri dan bahan kimia beracun.
Air dan Udara dalam Ruangan
Kematian akibat polutan tradisional dilaporkan telah mengalami penurunan secara global. Namun mereka masih menjadi masalah utama di Afrika dan beberapa negara berkembang lainnya.
ADVERTISEMENT
Air dan tanah yang tercemar serta udara dalam ruangan yang kotor menempatkan Chad, Republik Afrika Tengah dan Niger sebagai tiga negara dengan kematian terkait polusi paling banyak.
Program negara untuk mengurangi polusi udara dalam ruangan dan perbaikan sanitasi telah membantu mengurangi angka kematian di sejumlah tempat.
Di Ethiopia dan Nigeria, upaya itu membawa kematian terkait polusi turun hingga dua pertiga antara tahun 2000 dan 2019. Sementara itu, pemerintah India pada 2016 mulai menawarkan untuk mengganti tungku kayu bakar dengan sambungan kompor gas.
Polutan Modern
Direktur eksekutif Aliansi Global untuk Kesehatan dan Polusi yang berbasis di New York, Rachael Kupka mengatakan, kematian yang disebabkan oleh paparan polutan modern seperti logam berat, bahan kimia pertanian, dan emisi bahan bakar fosil melonjak 66 persen sejak 2000.
ADVERTISEMENT
Namun, dalam hal polusi udara luar ruangan, sejumlah ibu kota besar telah melihat beberapa keberhasilan termasuk di Bangkok, China, dan Mexico City. Berbeda halnya dengan kota-kota kecil, tingkat polusi masih terus meningkat.
Negara dengan Jumlah Kematian Akibat Polusi Tertinggi
Studi ilmuwan menawarkan daftar 10 negara yang paling terpengaruh oleh kematian terkait polusi, berdasarkan temuan mereka tentang kematian yang disesuaikan dengan populasi.
Berikut peringkat negara yang paling rentan mengalami kematian terkait polusi.
1. Chad;
2. Republik Afrika Tengah;
3. Niger;
4. Kepulauan Solomon;
5. Somalia;
6. Afrika Selatan;
7. Korea Utara;
8. Lesotho;
9. Bulgaria;
10. Burkina Faso
Penulis: Sekar Ayu.
ADVERTISEMENT