Imbas Serangan Israel, 10 Ribu Warga Palestina di Gaza Mengungsi

15 Mei 2021 3:35 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Palestina yang mengendarai becak otomatis saat meninggalkan rumah mereka selama serangan udara dan artileri Israel, di Jalur Gaza utara, Jumat (14/5). Foto: Mohammed Salem/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga Palestina yang mengendarai becak otomatis saat meninggalkan rumah mereka selama serangan udara dan artileri Israel, di Jalur Gaza utara, Jumat (14/5). Foto: Mohammed Salem/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Konflik Israel dan kelompok Hamas, Palestina, di Jalur Gaza masih berlanjut dan tak hanya menimbulkan korban jiwa.
ADVERTISEMENT
Ketegangan yang berlangsung sepekan terakhir itu membuat puluhan ribu warga Palestina di Jalur Gaza mengungsi.
Dikutip dari Al-Jazeera, PBB memperkirakan sekitar 10.000 warga Palestina telah meninggalkan rumah mereka di Gaza.
"Mereka berlindung di sekolah, masjid, dan tempat lain di tengah pandemi COVID-19 dengan akses air, makanan, kebersihan, dan layanan kesehatan yang terbatas," kata Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB dalam sebuah pernyataan pada Jumat (14/5) waktu setempat.
Menurut PBB, situasi di Gaza kini memprihatinkan. Sebab di tengah korban jiwa yang terus berjatuhan, RS dan akses ke layanan air dan sanitasi yang bergantung pada listrik, bahan bakarnya bakal habis pada Minggu (16/5).
Warga Palestina meninggalkan rumah mereka selama serangan udara dan artileri Israel, di Jalur Gaza utara, Jumat (14/5). Foto: Mohammed Salem/REUTERS
Melihat kondisi tersebut, PBB mendesak Israel dan Hamas agar mengizinkan mitra kemanusiaan untuk masuk membawa bahan bakar, makanan, dan persediaan medis, serta mengerahkan personel kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu Direktur Save the Children untuk Palestina, Jason Lee, menyatakan banyak anak-anak di Gaza yang mengalami trauma karena pernah mengalami 3 peperangan sebelumnya.
“Tim saya melaporkan bahwa anak-anak mengalami kesulitan tidur. Mereka menangis sepanjang waktu. Salah satu staf saya mengatakan perilaku putrinya telah berubah. Sehingga dia sekarang terlihat ketakutan setiap kali dia melihat ke luar jendela bahwa keluarga mereka akan dihancurkan,” kata Lee.
Untuk itu, Lee berharap ketegangan tersebut segera mereda. Sebab jika tidak, anak-anak akan mengalami cidera seumur hidup, khususnya masalah kesehatan mental.
Adapun meski telah muncul seruan internasional untuk segera menghentikan konflik tersebut, termasuk dari Sekjen PBB Antonio Guterres, Israel tetap bergeming.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan serangan tetap berlanjut "sebagaimana diperlukan untuk memulihkan ketenangan di Israel".
ADVERTISEMENT