Indikator: Suara PSI Anomali dan Munculkan Kecurigaan, Maksimal Bisa 3,19%

6 Maret 2024 11:32 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peneliti Utama Indikator, Kennedy Muslim Foto: Dok, Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Peneliti Utama Indikator, Kennedy Muslim Foto: Dok, Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Peneliti Utama Indikator Politik Indonesia, Kennedy Muslim, menilai memang ada anomali pergerakan suara PSI di Sirekap KPU beberapa hari terakhir. Menurutnya, pergerakan suaranya tak wajar.
ADVERTISEMENT
Suara "Partai Jokowi" ini sempat menyentuh di angka 3,12-3,13 persen di Sirekap hingga Selasa (5/3). Berdasarkan quick count Indikator, dengan margin of error 1 persen, PSI maksimal hanya bisa mendapat 3,19 persen.
"Batas atasnya 3,19 persen. Sebenarnya masih rentang margin of error apalagi belum 100 persen data masuk. Ini masih bisa naik turun suara PSI. Cuma kalau dikatakan anomali iya karena dalam beberapa hari hanya 2-3 persen suara masuk itu terkonsentrasi di PSI mungkin dengan Gelora. Jadi menimbulkan kecurigaan juga hal yang wajar," kata Kennedy pada Rabu (6/3).
Menurut Kennedy, kenaikan PSI yang tiba-tiba ini perlu ditelusuri. Sebab, bila mengacu ke pemilu sebelumnya, suara parpol akan stabil bila data masuk sudah di atas 50 persen.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk PSI di situs KPU, 3 hari belakangan, naik lebih dari 0,5 persen, dari rentang 2,6 persen menjadi 3,1 persen.
"Lonjakan suara PSI ini memang sedikit anomali, itu pun secara teori masih dimungkinkan. Kalau kita lihat data baru 3 persen masuk itu sebagian besar dari daerah basis atau kota besar. Di mana PSI memang basis suaranya di situ, itu memungkinkan," katanya.
"Meskipun very unlikely, ya. Maksudnya karena kalau misalnya di pengalaman quick count begitu suara di atas 50 persen itu biasanya tergantung sebaran suara masuk. Kalau sebaran suara masuk sudah merata, grafik suara sudah stabil. Naik turunnya itu sudah enggak ekstrem," sambungnya.
Ilustrasi Partai PSI Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Tak Akan Sampai Tembus PT 4 Persen
ADVERTISEMENT
Kennedy menambahkan, berdasarkan metode quick count, suara PSI tidak akan menembus parliamentary threshold (ambang batas parlemen) empat persen. Hal ini juga menjawab isu yang ramai dibicarakan publik bahwa PSI bisa masuk Senayan bila ada "bantuan pihak tertentu".
"Suara PSI 3,5 persen pun itu sudah di luar margin of error quick count kita. Jadi harus dicek, ada error di mana. Harus dicek C1-nya," kata Kennedy.
Kata dia, dalam quick count pileg-pileg sebelumnya, hasil KPU tidak akan di luar margin of error. Oleh karenanya, ia menunggu rekapitulasi suara manual selesai.
"Belum pernah terjadi sebelumnya di 3 pengalaman sebelumnya. Ini kan belum selesai perhitungan, tapi terlalu cepat ambil kesimpulan bahwa suara PSI di luar margin of error," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, ilmu quick count bisa dipertanggungjawabkan ke publik. Sehingga Indikator yakin dengan hasilnya.
"Kita bisa mempertanggungjawabkan, ilmu quick count sudah ajeg, ada hitungan statistiknya. Dua pemilu terakhir pun enggak ada permasalahan cukup berarti, masih aman, suara suara partai masih dalam rentang margin of error," bebernya.
Kata KPU
KPU akhirnya buka suara terkait anomali suara PSI di Sirekap yang melesat hingga 3,13 persen sejak Sabtu hingga Selasa (2-5 Maret) sore. Padahal dari sejumlah quick count lembaga survei, PSI mentok di angka 2,6 persen.
kumparan menelusuri di laman resmi Sirekap KPU pemilu2024.kpu.go.id untuk memastikan apakah ada penggelembungan suara PSI atau tidak seperti tuduhan yang mengemuka. Hasilnya, ada beberapa perolehan suara di TPS yang tidak sinkron antara C1 dan Sirekap sehingga terkesan ada penggelembungan suara pada PSI.
ADVERTISEMENT
Namun, temuan ini disangkal anggota KPU RI Idham Holik. Dia justru menuding teknologi yang tak akurat.
"Tidak ada terjadi penggelembungan suara, yang ada adalah ketidakakuratan teknologi OCR dalam membaca foto formulir mode C hasil plano," klaim Idham kepada wartawan di Kantor KPU RI, Jakarta, Senin (4/3).
"Di sini pentingnya peran serta aktif pengakses Sirekap untuk menyampaikan telah terjadinya ketidakakuratan tersebut," dalih Holik.