Indonesia Akan Bangun Rumah Sakit untuk Warga Rohingya

29 April 2017 9:38 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Pengungsi Rohingya membawa air. (Foto: Reuters/Mohammad Ponir Hossain)
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsi Rohingya membawa air. (Foto: Reuters/Mohammad Ponir Hossain)
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan Indonesia akan membangun rumah sakit di atas tanah seluas 4.000 meter persegi sebagai bentuk bantuan kesehatan jangka panjang bagi kelompok masyarakat terpinggirkan Rohingya di Myanmar.
ADVERTISEMENT
"Indonesia sudah menyelesaikan asistensi jangka pendek dalam bentuk bantuan 'humanitarian' darurat, kini kami mengalihkan bantuan tersebut untuk proyek jangka panjang dan jangka menengah di berbagai bidang seperti kesehatan," kata Retno saat berada di Manila dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (KTT ASEAN).
Dilansir Antara, menurut keterangan Retno, hampir semua persiapan pembangunan rumah sakit sudah selesai, dari perizinan, desain konstruksi, maupun dana.
"Kami hanya tinggal mengurus beberapa izin, dan akan segera membangun rumah sakit tersebut," kata Retno, Kamis (27/4).
Menlu RI berbincang dengan pengungsi Rohingya (Foto: Rini Friastuti)
zoom-in-whitePerbesar
Menlu RI berbincang dengan pengungsi Rohingya (Foto: Rini Friastuti)
Sebelumnya, pada Jumat (28/4), Retno telah bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Myanmar, Kyaw Tin, untuk membicarakan persoalan tersebut. Lalu pada pagi ini, Sabtu (29/4) Presiden Joko Widodo, akan menggelar pertemuan bilateral untuk pertama kalinya dengan Menteri Luar Negeri Myanmar Aung San Suu Kyi di sela-sela KTT ASEAN.
ADVERTISEMENT
Masyarakat muslim Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar, adalah kelompok minoritas yang sering mendapat perlakuan diskriminasi dari pemerintahan dan juga masyarakat setempat karena dianggap bukan merupakan bagian dari identitas bangsa tersebut. Setidaknya ada 1,1 juta anggota Rohingya yang tidak mendapatkan status kewarganegaraan.
Pengungsi Rohingya mengunjungi pusat kesehatan. (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsi Rohingya mengunjungi pusat kesehatan. (Foto: Reuters)
Pada 2012 lalu, kekerasan meledak di Rakhine saat kelompok radikal Buddha menyerang minoritas Rohingya dan menewaskan lebih dari 100 orang. Dampak selanjutnya, ratusan ribu orang melarikan diri dan terpaksa tinggal di pusat penampungan.
Lima tahun sejak kerusuhan tersebut, lebih dari 125.000 Rohingya kini masih tinggal di tempat penampungan tersebut dengan kondisi yang memprihatinkan. Mereka juga tidak diperbolehkan untuk pulang ke rumah asal mereka di Rakhine.
Kondisi itulah yang membuat Indonesia mulai memberikan bantuan kemanusiaan darurat berjangka pendek yang kini mulai dialihkan ke dalam bantuan jangka menengah dan jangka panjang.
ADVERTISEMENT
"Selain bidang kesehatan, bantuan jangka panjang dan menengah itu juga akan mencakup bidang pendidikan, pembangunan kapasitas manusia dan pemberdayaan ekonomi," kata Retno.
Rohingya (Foto: AP Photo)
zoom-in-whitePerbesar
Rohingya (Foto: AP Photo)
Sementara itu terkait akar persoalan status kewarganegaraan Rohingya, Retno mengaku sudah mendesak Myanmar untuk segera melaksanakan rekomendasi tim panel PBB yang meminta pemerintah untuk segera melakukan registrasi dan verifikasi.
"Persoalan kewarganegaraan ini adalah hal penting yang ingin diketahui oleh publik internasional. Saya sudah menyampaikan hal ini kepada wakil menteri Kyaw Tin siang tadi," katanya.