Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Indonesia bersiap hadapi bencana nuklir. Salah satunya ditunjukkan dengan simulasi kegawatdaruratan yang dihelat Kemenkes dan BRIN.
ADVERTISEMENT
Simulasi berlangsung di Kawasan Sains dan Edukasi (KSE) Achmad Baiquni Yogyakarta dan RSUP. dr Sardjito. Hal ini diikuti oleh berbagai pemangku kepentingan lintas sektor seperti BAPETEN, BRIN, PSC 119, Dinas Kesehatan dan Perhimpunan Organisasi Profesi.
Dalam kegiatan tersebut tenaga kesehatan yang mengikuti simulasi kegawatdaruratan bencana nuklir ini bertugas mengevakuasi pegawai KSE Achmad Baiquni yang terpapar radiasi nuklir dengan standar protokol dan prosedur evakuasi.
Menurut koordinator Instruktur Simulasi Kegawatdaruratan Bencana Nuklir RSUP dr. Sardjito, Andreas Dewanto kegiatan ini ditujukan agar tenaga kesehatan memahami prosedur dan petunjuk teknis saat melakukan tindakan penanganan medis. Khususnya pada pasien radiasi nuklir, pengendalian bahaya radiasi nuklir, dan dekontaminasi radiasi nuklir.
“Kemudian petugas kesehatan juga harus mengetahui standar proteksi diri atau alat pelindung diri yang harus digunakan dalam menghadapi pasien yang diduga terkontaminasi radiasi,” kata Andreas Dewanto dikutip dari situs Kemenkes, Sabtu (30/9)>
ADVERTISEMENT
Beberapa hal yang menjadi perhatian dalam Simulasi Kegawatdaruratan Bencana Nuklir ini adalah APD tenaga kesehatan, alat monitoring radiasi, dan setting ruangan IGD yang dapat digunakan untuk proses dekontaminasi.
Andreas Dewanto menyebutkan setidaknya ada tiga zona yang perlu diterapkan saat tenaga kesehatan melakukan penanganan pasien dengan paparan nuklir baik di lokasi bencana maupun di IGD. Tiga zona tersebut terdiri dari hot zone, warm zone, dan cold zone.
ADVERTISEMENT
Ketiga zona tersebut harus menjadi perhatian dan diterapkan tenaga kesehatan pada kondisi darurat nuklir saat melakukan assessment klinis maupun monitoring radiasi baik dalam kondisi prehospital maupun saat pasien diterima di rumah sakit.
Setiap pertukaran zona, tenaga kesehatan harus melakukan assessment mandiri melalui personal dosimeter atau alat ukur serapan radiasi yang dibekali kepada setiap petugas. Setiap petugas kesehatan juga harus melakukan dekontaminasi mandiri sebelum berpindah ke zona dengan paparan radiasi yang lebih rendah.
“Jadi setiap petugas dibekali personal dosimeter, yaitu alat untuk mengukur seberapa banyak petugas itu sudah terpapar (radiasi), jadi kalau sudah banyak terpapar harus diganti dengan petugas lain."
“Jadi perlu dipersiapkan prosedur-prosedur atau rencana hospital disaster plan dikaitkan dengan kasus bencana nuklir,” sambung Andreas Dewanto.
Kegiatan simulasi kegawatdaruratan bencana nuklir ini merupakan implementasi dari keputusan menteri kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/420/2018 yang menetapkan tiga rumah sakit rujukan Bencana Nuklir seperti RSUP Fatmawati Jakarta, RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung, dan RSUP dr. Sardjito Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Sudah Adakah Penggunaan Nuklir di Indonesia?
Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Rohadi Awaludin menjelaskan, secara umum, penggunaan energi nuklir dibagi menjadi dua tipe. Yakni energi nuklir yang digunakan dayanya, dan radiasi (penggunaan non-daya dari energi nuklir).
"Energi nuklir memiliki keunggulan densitas tinggi, dapat memproduksi energi yang besar, dan rendah karbon. Sedangkan radiasi nuklir memiliki keunggulan radiasi energi tinggi, memiliki energi yang tinggi untuk menembus ke sebuah benda, dan mudah dideteksi," paparnya dalam situs resmi BRIN.
Rohadi menguraikan, Indonesia juga memiliki fasilitas seperti reaktor nuklir, akselerator, dan iradiator.
"Terdapat tiga fasilitas reaktor nuklir di Indonesia, yakni Reaktor Kartini, Reaktor Triga, dan Reaktor G.A Siwabessy. Reaktor GA. Siwabessy digunakan untuk riset bahan bakar nuklir, radiografi neutron, analisis aktivasi neutron, pewarnaan batu permata, riset berkas neutron, dan produksi radioisotop," terang Rohadi.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut dirinya menjelaskan, pengunaan iradiator gamma telah dimanfaatkan rumah sakit yang memiliki fasilitas pengobatan nuklir. "Beberapa rumah sakit memiliki siklotron untuk produksi F-18, serta beberapa rumah sakit menggunakan nuklir untuk fasilitas radioterapi," tambahnya.
Selain itu, pemanfaatan nuklir dalam radiofarmasi telah menghasilkan beberapa produk diantaranya MDP kit (methylene diphosphonate) untuk memindai tulang. "Kemudian untuk radiasi gamma dapat bermanfaat untuk mutasi pengembangbiakan variatas seperti padi dan kedelai," jelasnya.
Terkait keberlanjutan nuklir yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, BRIN melalui Pusat Riset Teknologi Daur Ulang Bahan Bakar Nuklir dan Limbah Radioaktif yang bertugas untuk melakukan riset, pengembangan, penilaian, dan penerapan terkait beberapa hal. Dari teknologi pengolahan bahan baku nuklir, teknologi geologi nuklir, teknologi bahan bakar nuklir, dan teknologi pengolahan limbah radioaktif.
ADVERTISEMENT
Rohadi menekankan diperlukan perbaikan terus menerus dalam pemanfaatan teknologi nuklir, terutama dalam keselamatan, keamanan, dan pengamanan.