Indonesia Buka Peluang Negara Lain Pakai Biak untuk Peluncuran Satelit

24 April 2025 16:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pulau Biak, Papua Foto: Sari Kusuma Dewi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pulau Biak, Papua Foto: Sari Kusuma Dewi/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia membuka kemungkinan bagi negara lain untuk meluncurkan satelit dari Biak, Papua. Namun, rencana ini masih dalam tahap kajian dan belum mengarah pada kesepakatan dengan pihak mana pun.
ADVERTISEMENT
“Biak sudah lama dikaji sebagai lokasi potensial peluncuran satelit. Bahkan sejak masih di bawah LAPAN, sebelum integrasi ke BRIN,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI, Roy Soemirat, usai press briefing di Kantor Kemlu RI Jakarta Pusat, Kamis (24/4).
“Ini sudah berlangsung selama 25 tahun yang lalu,” sambung dia.
Roy menjelaskan, Biak memiliki posisi geografis yang menguntungkan untuk peluncuran satelit komunikasi Indonesia.
Menurutnya wacana ini kerap muncul dalam kerja sama luar angkasa dengan berbagai negara, dan bukan merupakan isu baru.
“Saya yakin betul bahwa yang sekarang disampaikan atau diangkat kembali ke publik mengenai penggunaan Biak itu bukan merupakan isu baru, karena sejak lama kita sudah mengeksplorasi mengenai Biak untuk menjadi tempat terutama untuk peluncuran satelit komunikasi yang dibutuhkan oleh Indonesia,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
“Namun kita juga membuka diri mengenai kemungkinan ada negara lain yang mungkin menggunakan Biak untuk peluncuran satelit komunikasi miliknya. Saat itu sekitar 20-30 tahun yang lalu itu merupakan sebuah wacana yang sampai sekarang terus harus dikaji mengenai visibilitasnya.”
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI Roy Soemirat bersama Direktur PWNI Judha Nugraha menjawab pertanyaan awak media dalam press briefing di Kantor Kemlu RI, Jakarta, Kamis (24/4). Foto: Tiara Hasna/kumparan
Menanggapi pertanyaan soal potensi penggunaan ganda—sipil dan militer—Roy menekankan kerja sama luar angkasa Indonesia selalu diarahkan untuk tujuan damai.
“Perkara apa sekarang itu tiba-tiba menjadi membuka kembali hanya karena terkait dengan isu-isu kerjasama negara tertentu menurut saya itu mungkin agak out of proportions,” ungkap Roy kepada wartawan.
“Isu pemanfaatan Biak sama sekali tidak terkait dengan keinginan negara tertentu untuk bekerja sama di bidang aspek pertahanan atau keamanan,” lanjutnya.
Presiden Indonesia terpilih, Prabowo Subianto bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin, Moskow, Rabu (31/7) Foto: Maxim Shemetov/Pool Photo via AP
Pernyataan ini muncul setelah laporan situs pertahanan Janes yang menyebut Rusia mengusulkan penggunaan pangkalan udara di Biak untuk menempatkan pesawat militernya.
ADVERTISEMENT
Permintaan itu disebut disampaikan dalam pertemuan antara Menhan RI saat itu, Sjafrie Sjamsoeddin, dan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Sergei Shoigu pada Februari lalu.
Laporan tersebut mendapat perhatian dari Australia, mengingat lokasi Biak hanya sekitar 1.400 kilometer dari Darwin, wilayah utara negara tersebut.
Kementerian Pertahanan RI pun membantah informasi itu.
“Terkait pemberitaan tentang usulan penggunaan pangkalan Indonesia oleh Rusia, Kemhan mengklarifikasi bahwa berita tersebut tidak benar,” kata Karo Infohan Kemhan, Brigjen TNI Frega Wenas kepada kumparan, Selasa (15/4).