Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Indonesia Kekurangan Alat Pendeteksi Gempa
31 Januari 2018 15:06 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
ADVERTISEMENT
Indonesia yang memiliki luas wilayah lebih dari 5 juta kilometer persegi masih kekurangan alat pendeteksi gempa , seismograf. Indonesia hanya memiliki 175 sensor pendeteksi gempa.
ADVERTISEMENT
Padahal Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rawan gempa. Mengingat wilayah Indonesia berada di atas 3 lempeng yakni lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Dibanding dengan Jepang yang sama-sama rawan gempa, teknologi Indonesia masih kalah jauh.
"Jepang saja punya 1.000 sensor pendeteksi gempa padahal Jepang itu luasnya seukuran Jawa Barat. Idealnya Indonesia yang luasnya 6 juta kilometer persegi tentu harus mendekati jumlah yang dimiliki Jepang," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (31/1).
Dwikorita juga mengeluhkan minimnya alat pendeteksi tsunami, buoy. Ditambah lagi banyak buoy yang dipasang di laut kini rusak karena aksi vandalisme.
"Kita sudah punya tidal gate untuk memantau tinggi gelombang, namun masih perlu dilengkapi dengan buoy deteksi apakah setelah gempa tadi di dasar laut akan terjadi gelombang tsunami," katanya.
ADVERTISEMENT
Namun keterbatasan ini tidak menghambat BMKG dalam melakukan deteksi awal terhadap gempa.
"Jadi akurasi nya masih memadai. Karena terbukti meski peralatan bagi kami masih kurang tapi sudah ditunjuk sebagai tsunami early warning untuk Indian Ocean. Kami dianggap setara dengan Australia," tutur Dwikorita.
Indonesia memang memiliki sistem peringatan dini tsunami, yakni Indonesia Tsunami Early Warning Systems atau Ina-TEWS. BMKG sering bekerja sama dengan badan meteorologi dari berbagai negara untuk saling berbagi pengetahuan.